Menemani anak di era digital sudah menjadi kewajiban orang tua, jika ingin anak terjaga keamanannya serta maksimal dalam mengakses internet untuk aktivitas sekolahnya. Sediakan waktu kita saat anak dengan gawai dan internetnya, mencari sesuatu juga dapat dilakukan bersama.
Jika anak sudah diberikan gawai sendiri, sempatkan untuk mengecek gawai mereka. Buka galeri cek seluruh folder yang ada, periksa akun media sosial mereka, pesan atau direct message dan postingan beserta komen yang masuk atau jika bisa komentar anak kita juga akun orang lain.
Periksa history di mesin pencarian, history YouTube juga jangan lupa dengan aplikasi pesan. Lihat seluruh chat yang ada juga teman-temannya. Penting untuk orang tua saat memeriksa gawai mereka langsung di depan anak. Jika menemukan sesuatu hal yang negatif baik itu video porno, kekerasan atau perundungan, orang tua harus bersikap tenang, jangan heboh dan langsung bereaksi berlebihan bahkan hingga membanting gawai milik anak. Jangan seperti itu, tetap tenang dan mulai untuk membuka obrolan mengenai temuan yang Anda lihat di gawai mereka.
“Tenang, dan berbicara dari hati ke hati, tatap mata anak. Jelaskan apakah itu, dampaknya seperti apa. Jika perlu cari data bersama di internet mengenai efek dari konten negatif di dunia digital. Lakukan pemahaman ini tidak sekali namun beberapa kali saat kondisi anak dan Anda dalam keadaan tenang,” ujar Ari Budi Wibowo, Kepala Bidang Kemitraan Siberkreasi dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Garut Jawa Barat, Jumat (20/8/2021).
Menghadapi anak di era digital memang tidak mudah, selain itu juga dalam diri orang tua kemampuan digital juga jangan sampai kalah dari anak. Agar anak dapat terus dipantau, cari tahu di internet hal apapun yang Anda tidak tahu, coba sendiri beragam aplikasi yang anak gunakan juga game yang mereka mainkan. Simak juga pesan para psikolog anak mengenai pengasuhan di era digital saat ini. Namun ingat setiap pesan yang disampaikan psikolog tetap harus disesuaikan keadaan orang tua dan anak.
Digital skill yang orang tua miliki juga dapat membantu untuk memiliki aplikasi parental control, mengatur konten dan batas waktu pada gawai anak juga setting privasi di media sosial mereka agar keamanan mereka tetap terjamin.
Selanjutnya berikan aturan terkait penggunaan gawai dan internet, bahkan untuk membuat kesan lebih serius, orang tua dapat mencoba untuk membuat surat kesepakatan antara anak dan orang tua. Isinya berupa aturan dari orang tua yang disepakati anak. Aturan soal waktu, konten apa saja yang boleh dibuka, spot di rumah di mana saja yang diperbolehkan saat sedang mengkases internet. Soal komunikasi antara anak orang tua yang selalu harus terbuka.
“Hal ini mencegah kejadian perundungan yang mungkin saja anak terima di media sosial. Minta mereka selalu terbuka mengenai apapun,” tuturnya.
Orang tua juga selain meningkatkan kemampuan digital juga harus memberikan cara berinternet yang baik kepada anak. Di media sosial orang tua, tidak menyebarkan berita hoaks atau konten negatif lainnya. Tidak memajang foto berlebihan, selalu berkomentar dengan bahasa yang sopan dan baik, membuat konten positif dan urusan waktu penggunaan juga anak perlu diberi contoh. Orang tua ketika di rumah jangan terlalu sering memegang gawai luangkan waktu bermain bersama anak sekaligus menjadi contoh baik untuk anak.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Garut Jawa Barat, Jumat (20/8/2021) juga menghadirkan pembicara Idul Futra (Digital Marketing Specialist), Andre Hertanto (co-founder IOJIN), Geri Sugiran (Dewan Pembina RTIK Jawa barat), dan Winda Ribka sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.