Hoax menurut Oxford Engkish Dictionary didefinisikan sebagai malicious deception atau kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat. Secara umum hoax yangd alam bahasa Indonesia ditulis hoaks adalah sebuah kebohongan atau informasi sesat yang sengaja disamarkan agar terlihat benar dan biasanya memainkan emosi masyarakat.
“Media sosial masih menjadi sumber utama untuk mendapatkan informasi, termasuk informasi berita palsu,” Kata Nanang Abdurahman, Ketua Relawan TIK Kabupaten Kuningan, saat webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat I, Kamis (12/8/2021).
Sebanyak 76% orang mendapatkan informasi dari media sosial, kemudian 59,5% dari televisi dan 25,2% berita online dan 14% dari situs pemerintah. Di antara itu semua media televisi merupakan sumber yang paling dipercaya masyarakat.
Adapun penyebab masyarakat terpapar hoaks, Nanang menyebut di antaranya karena rendahnya literasi, puber teknologi, fenomena FOMO atau fear of missing out yaitu ketakutan untuk kehilangan sesuatu yang baru, serta akibat subjektivitas. Sementara dampak hoaks sendiri membuat emosi tidak stabil, provokasi dan agitasi negatif, pembunuhan karakter, dan yang paling parah disintegrasi bangsa atau menimbulkan perpecahan. Mirisnya di antara fakta tersebut ternyata penyebaran hoaks sebagian besar didasari pada ketidaktahuan.
Oleh karena itu kenali ciri-ciri hoaks, seperti memiliki judul yang propokatif, berisi pesan tendensius, mengarah kepada kebencian atau permusuhan, isi berita tidak berimbang, tidak mencantumkan sumber informasi, menggunakan huruf-huruf kapital dan tanda seru, berisikan opini seseorang dan bukan fakta, serta domain atau alamat situs tidak benar dan kerap menggunakan open source blog.
Webinar Literasi Digital di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hadir pula nara sumber seperti Tito Sugiharto, Dekan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Kuningan, Reza Hidayat,CEO Oreima Films, dan Nandya Satyaguna, seorang Medical Doctor.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.