Etika di ruang digital sama dibutuhkannya seperti etika di dunia nyata seperti berinteraksi dan bertatap muka langsung. Sebab di dunia maya, setiap orang juga berinteraksi dengan manusia bukan robot ataupun sekadar layar.
âAda banyak kasus hanya karena komentar dari jempol yang asal bisa menggangu dan menyebabkan seseorang menjadi tidak nyaman, merasa dilecehkan, memicu stres dan gangguan mental, hingga menyebabkan bunuh diri,â ujar Monica Eveline saat webinar Literasi Digital wilayah Kota Purwakarta, Jawa Barat I, pada Senin (25/10/2021).
Dia mengungkapkan, etika di ruang digital sangat diperlukan yakni bentuk interaksi dengan adab meliputi berkomunikasi yang sopan dan baik, menghindari SARA dan cyberbullying, tidak mengumbar hal-hal pribadi, dan mewaspadai berita hoaks yang beredar di internet.
Terkait dengan etika, setiap warga digital juga mesti pintar memilah informasi mana yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan. Terlebih di masa pandemi Covid-19 begitu banyak informasi kesehatan yang beredar dan belum tentu benar.
Dia pun mengatakan saat seseorang bisa menerapkan etika saat menggunakan media digital akan memiliki keuntungan. Seperti membangun personal branding dan membawa kredibilitas dan kepercayaan. Termasuk membangun relasi, dan membuat seseorang menjadi mudah untuk bisa melakukan kolaborasi misalnya dengan brand atau influencer. Akan tetapi setiap orang harus berhati-hati saat memutuskan untuk berkolaborasi supaya tidak tertipu.
Dia menyarankan supaya mengecek kembali track record, konten yang sering dibagikan, perhatikan juga bagaimana etikanya di ruang digital. Selain itu cek juga pernah berkolaborasi dengan siapa saja, perhatikan juga circle terdekatnya.
Webinar Literasi Digital di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hadir pula nara sumber seperti Dino Hamid, Ketua Asosiasi Promotor Musik Indonesia, Andi S, Medical Doctor & Heath Educator, Arief Lestadi, Founder NAS Consulting & Research, serta Mardiana R.L, Vice Principal in Kindehouse Pre-School.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.