Strategi wisata halal terus disebarluaskan ke pelaku bisnis pariwisata di Indonesia. Tidak hanya di Lombok, Aceh, dan Sumatera Barat yang memang diproyeksikan oleh Kementerian Pariwisata sebagai destinasi wisata halal, tetapi juga di daerah lain yang industrinya ingin mendapatkan label “halal” dan diterima untuk para turis muslim.
“Kali ini giliran di Makassar,” ujar Watie Moerany, Asisten Deputi Strategi Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata.
Bertempat di Hotel Aerotel, Makassar, Kementerian Pariwisata menggelar Sosialisasi Strategi Kerja Sama Pemasaran Wisata Halal pada 31 Mei 2016 lalu. Memang, sebagian besar restoran, kafe, dan hotel di Makassar sudah menggunakan pendekatan halal, tapi klaim atau cap “halal” oleh lembaga yang berwenang masih dianggap penting oleh wisatawan yang sensitif dengan status itu.
”Pak Menteri Arief Yahya telah menciptakan tim percepatan wisata halal. Ini yang membuat kita semua bergerak lebih cepat untuk sosialisasi ke para pelaku bisnis,” ujar Watie.
“Saat ini, yang ditetapkan dan dipilih serta diajak untuk menjadi destinasi yang mengolah potensi wisata halal adalah Aceh, Padang, Makassar, DKI Jakarta, dan Bandung. Kali ini sosialisasi kami laksanakan di Makassar, semoga dampaknya baik untuk Makassar,” kata Watie.
“Pergerakan wisatawan muslim di Indonesia sangat tinggi. Untuk pergerakan wisatawan nusantara pada tahun 2015 ada 255 juta perjalanan dengan pengeluaran total Rp203.61 Triliun. Wisata halal kenaikannya 100 persen, dan akan menjadi penyumbang besar pendapatan di tahun 2020, jadi sangat besar potensinya,” jelas Watie.
Wisata halal ini merupakan terobosan atas segmentasi pariwisata yang prospeknya sangat menjanjikan. Indonesia berada di peringkat ke-30 dunia dengan pemeluk agama Islam terbanyak, yaitu 87,18 persen.
Menurut data Kementerian Pariwisata, pengeluaran wisatawan muslim nusantara pada 2011 adalah Rp160,3 triliun, lalu naik sekitar tujuh persen pada 2015 menjadi Rp179,2 triliun. Sementara itu, dari 2015 ke 2019 pertumbuhannya sebesar lima persen.
Watie menambahkan, profil pasar wisatawan muslim Indonesia antara lain muslim era baru sebesar 16 persen, muslim konservatif sebesar 3 persen, muslim liberal 12 persen, muslim yang aktif 56 persen, dan muslim yang hanya menjalankan ibadah sebesar 13 persen.
”Dari analisa kajian tim percepatan pariwisata halal ini, tersusunlah strategi percepatan wisata halal yang akan disosialisasikan. Dan saat ini kami lakukan di Makassar,” ujarnya.
Kegiatan yang dilaksanakan di Makassar itu bertujuan untuk menyosialisasikan rekomendasi dari tim percepatan wisata halal yang arahnya digunakan sebagai rancangan kerja sama dengan para pelaku bisnis dan industri. ”Sehingga target pergerakan wisatawan nusantara di tahun 2016 sebesar 260 juta dan pada tahun 2019 sebesar 275 juta perjalanan dapat dicapai,” kata Watie.
One comment
Pingback: PT Morotai Jababeka Kembangkan Wisata di Morotai - Vakansi.Co