Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta beserta BNI dan sejumlah perusahaan rintisan atau startup menginisiasi kolaborasi digitalisasi desa wisata Kampung Setu Babakan, Jakarta Selatan.
Direktur Manajemen Industri Kemenpareraf/Baparekraf, Anggara Hayun Anujuprana, dalam keterangannya, Kamis (26/5/2022) menyampaikan inisiasi Desa Wisata Digital ini bertujuan untuk memperluas pasar melalui E-Commerce dan penguatan rantai pasok digital, kemudahan akses pendanaan dan pembiayaan, penggunaan skema pembayaran digital, percepatan pengembangan bisnis, serta pembinaan.
“Dengan adanya digitalisasi ini maka diharapkan akan terjadi akselerasi perkembangan bisnis yang ada di Setu Babakan serta selanjutnya akan disusun rencana aksi bersama untuk dapat ditindaklanjuti,” kata Hayun.
Selain akselerasi digitalisasi, kata Hayun, kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk membangkitkan ekonomi dan membuka lapangan kerja melalui kebijakan yang tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat manfaat, serta memahami kebutuhan masyarakat. Hayun menuturkan kegiatan ini Berdasarkan arahan Presiden Joko Widodo terkait dengan transformasi digital.
“Transformasi digital di masa pandemi maupun setelah pandemi akan mengubah secara struktural cara kerja, beraktivitas, berkonsumsi, belajar, bertransaksi yang sebelumnya offline dengan kontak fisik menjadi online. Tranformasi digital merupakan proses adopsi teknologi digital untuk mengubah proses yang ada sehingga menciptakan hal atau cara baru yang lebih efisien dan produktif,” katanya.
Hayun menuturkan percepatan ini dilaksanakan dalam audiensi yang digelar pada Rabu (25/5/2022). Di mana, ada tujuh UMKM di Kampung Setu Babakan yang terlibat dalam akselerasi ini.
Ketujuhnya adalah:
1. Sanggar Seban 98 (Pelaku Usaha Seni Pertunjukan);
2. MSC (Pelaku Usaha Fesyen);
3. Kembang Goyang Mpok Uyun (Pelaku Usaha Kuliner);
4. Betawi Onlen (Pelaku Usaha Kriya);
5. Budidaya Kangkung Lele;
6. Bir Pletok Bang Isra (Pelaku Usaha Kuliner); dan
7. Kelompok Usaha Tani Sirih Kuning (Pelaku Usaha Tani Khas Betawi).
Sementara itu, Direktur Tata Kelola Ekonomi Digital Kemenpareraf/Baparekraf, Selliane Halia Ishak, menambahkan kegiatan ini juga bertujuan untuk membentuk ekosistem digital. Menurut Selliane, hal yang mampu menghidupkan pariwisata adalah industri ekonomi kreatif yang terdiri dari 17 subsektor serta paling banyak ada di sektor KKF (Kuliner, Kriya, dan Fashion) yang dapat diukur di seluruh Indonesia.
“Pada UMKM Kuliner, Kriya, dan Fashion yang ada dapat difasilitasi atau didampingi dalam transformasi digital. Misalkan dengan pendampingan tentang bagaimana menampilkan produk yang akan dijual agar terlihat menarik pada e-commerce atau market place,” kata Selliane.
Hal ini diapresiasi oleh perwakilan pengelola Kampung Betawi Setu Babakan, Imron Yunus. Imron mengatakan potensi yang ada di Setu Babakan saat ini adalah wisata budaya dan wisata agro tanaman alpukat dan cempedak.
“Mudah-mudahan ke depannya akan ada pelatihan hardskill dan softskill bagi para pelaku usaha. Kami juga berharap akan ada dukungan promosi dan publikasi produk kami,” kata Imron.