Jakarta, Vakansi – Industri periklanan Indonesia semakin menunjukkan kontribusi besar bagi perekonomian kreatif tanah air. Berdasarkan laporan PwC’s Global Entertainment & Media Outlook 2024–2028 dan Omdia, pendapatan sektor periklanan pada tahun 2023 bahkan telah melampaui belanja konsumen, menggambarkan besarnya potensi industri ini.
Untuk mendukung pertumbuhan tersebut, Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Kemenekraf/Badan Ekraf) menggelar pertemuan dengan Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) pada Selasa, 11 Maret 2025, di Menara Merdeka, Jakarta. Pertemuan ini bertujuan untuk menindaklanjuti Nota Kesepahaman (MoU) yang telah disepakati sebelumnya, dengan fokus pada penguatan ekosistem periklanan nasional.
Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Menekraf/Kabekraf) Teuku Riefky Harsya menegaskan bahwa periklanan memegang peran strategis dalam pendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif Indonesia. Menurutnya, Kemenekraf tengah mengembangkan berbagai program yang akan didukung oleh P3I untuk memperkuat industri ini.
“Kami ingin memastikan ekosistem periklanan semakin berkembang dengan rantai nilai yang lebih kuat. Pemerintah juga berkomitmen untuk memperluas regulasi terkait Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), untuk memperjelas cakupan sektor periklanan dalam ekonomi kreatif,” ujar Menekraf Riefky.
Lebih lanjut, Riefky juga mengungkapkan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan pemanfaatan big data untuk meningkatkan efisiensi serta transparansi dalam industri periklanan.
Wakil Menteri Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Wamenekraf/Wakabekraf), Irene Umar, menambahkan bahwa sistem pendataan yang lebih kuat akan menjadi faktor kunci dalam pengembangan industri periklanan. “Kami akan terus memperkuat sistem pendataan agar industri periklanan lebih terarah dalam strategi pengembangan dan kebijakan,” ujar Irene.
Sebagai langkah konkret, Kemenekraf juga berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengadakan berbagai program yang melibatkan pelaku industri periklanan, termasuk pengembang gim lokal. Sementara itu, Ketua Umum P3I, Janoe Arijanto, mengungkapkan bahwa industri periklanan kini semakin beragam dengan adanya digitalisasi.
“Selama 40 tahun terakhir, industri periklanan telah berkembang pesat. Saat ini, periklanan tidak hanya berfokus pada media konvensional seperti billboard, tetapi juga merambah ke dunia content creator dan live shopping yang semakin berkembang melalui sistem afiliasi,” ujar Janoe.
Janoe juga mengungkapkan bahwa tren belanja iklan saat ini semakin beralih ke platform digital. Lebih dari 51% dari total anggaran iklan kini dialokasikan ke media digital, meninggalkan media konvensional. Untuk memperkuat ekosistem industri, P3I berencana menggelar berbagai acara seperti Rancage pada kuartal kedua, Pinasthika untuk agensi lokal di kuartal ketiga, serta Citra Pariwara yang menjadi ajang terbesar yang diinisiasi oleh P3I. Tak ketinggalan, Advertising Camp 4.0 juga akan hadir untuk merumuskan regulasi dan klasterisasi agensi periklanan.
Menekraf Riefky menegaskan bahwa pemerintah akan terus memberikan dukungan kepada industri periklanan nasional, tidak hanya melalui regulasi yang lebih adaptif tetapi juga dengan berbagai insentif ekonomi yang dapat mempercepat pertumbuhannya.
Dengan langkah-langkah strategis ini, diharapkan industri periklanan Indonesia dapat tumbuh lebih pesat dan berperan lebih signifikan dalam perekonomian kreatif nasional.