Kemudahan yang diberikan akibat kemajuan teknologi bisa menjebak penggunanya menjadi cenderung malas dan tak produktif. Karena semua dirasa semua serba mudah sehingga banyak yang menjadi pengguna pasif belaka.
“Kemajuan teknologi mestinya mendorong kita bisa lebih produktif dengan berbagai dukungannya. Dalam arti, mampu menghasilkan hal-hal baru yang terus dan dipakai secara teratur untuk membentuk unsur-unsur baru yang membantu kehidupan manusia sesuai zamannya,” kata Fathul Qorib, Peneliti & Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Tribhuwana Tunggadewi, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, Senin (15/11/2021).
Ia menambahkan, produktif di era informasi digital ini memiliki setidaknya tiga cakupan. Yakni, memanfaatkan teknologi untuk efisiensi kerja-kerja harian, memanfaatkan teknologi untuk kepentingan ekonomi atau mencari rezeki, dan memanfaatkan teknologi untuk berbuat kebaikan.
“Memanfaatkan teknologi sebagai modal untuk produktif menjadi bagian tak terpisahkan dari sifat utama era digital. Ini adalah masa ketika informasi mudah dan cepat diperoleh serta disebarluaskan menggunakan teknologi digital,” ujarnya.
Lanjutnya, produktivitas tak bisa dilepaskan pula dari seberapa besar tertanamnya budaya digital pengguna. “Kultur digital ini menjadi bagian kunci dorongan produktivitas, karena ini merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan atas informasi yang dimiliki,” tuturnya.
Kultur digital inilah yang membedakan hidup di era digital ini berbeda dengan satu atau dua dekade silam. Ketika dulu orang saat membayar sesuatu harus menggunakan uang tunai, kini sudah bisa memakai kartu kredit, kartu debit, mobile banking, sampai teknologi NFC yang cukup dengan sentuhan saja.
Selain itu, saat ini sudah ada jutaan aplikasi yang membantu manusia mendukung aktivitasnya sesuai kebutuhan dan gaya hidupnya. Mulai dari aplikasi hiburan, pekerjaan bahkan sampai mencari pasangan hidup.
Ia juga menuturkan, platform media sosial merupakan ruang paling aktif di Indonesia karena jumlah pengguna internet mencapai 143,26 juta jiwa sedangkan jumlah daftar pemilih tetap ada 187.781.881 orang. Artinya, sebanyak 70,64% total DPT adalah pengguna internet.
“Dari kondisi itu, akses kita untuk produktif menggunakan internet sangat terbuka luas, tergantung kecakapan bermedia digital yang kita kuasai,” jelasnya.
Ia menerangkan, hidup produktif di era digital dapat diwujudkan dalam aktivitas keseharian. Kuncinya tetap hidup secara sederhana. Kesederhanaan akan berimplikasi pada kebahagiaan, kebahagiaan itu kunci pikiran dari kita.
“Hidup produktif di era digital bisa diwujudkan dalam perjuangan untuk memperoleh tujuan, berpikir kritis untuk memecahkan masalah, dan tetap inovatif serta kreatif dalam aktivitas,” terangnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, Senin (15/11/2021) juga menghadirkan pembicara, Ervita Delima Sari (Sosial Media Specialist PT Pos Indonesia), Stephanie Olivia (Tenaga Ahli DPR RI), Eka Rini Widya Astuti (Ketua Program Studi S1 Desain Komunikasi Visual ITSNU Pasuruan), dan Anjani Adyalaksmini (CMO at PT. Laksmindo Bahtera) sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.