Transformasi digital yang ada membuat kita bisa melakukan interaksi di dunia digital. Perubahan yang terjadi ini sangatlah cepat hingga meningkatkan jumlah pengguna internet di Tanah Air. Faktanya, saat ini pengguna internet di Indonesia berjumlah 202,6 juta jiwa dan tren ini akan terus meningkat seiring perkembangan teknologi.
Aktivitas masyarakat sehari-hari pun banyak dihabiskan untuk menjelajah internet. Akan tetapi, masih banyak pengguna yang belum bijak dalam memanfaatkan internet sehingga meninggalkan rekam jejak digital yang kurang baik.
Perlu diketahui bahwa rekam jejak digital sulit untuk dihilangkan bahkan tidak bisa hilang. Faktanya, banyak orang dipecat atau tidak mendapat pekerjaan karena media sosialnya yang berisi konten negatif. Setiap hal buruk yang diposting di media sosial secara sadar atau tidak sadar akan menjadi jejak digital kita dan dapat dilihat oleh publik. Hal ini berdampak pada pekerjaan. Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam bermain media sosial.
“Pada saat ini perusahaan bukan hanya melihat CV saat melamar pekerjaan, tetapi media sosial Anda juga dilihat. Jejak seperti apa yang dibangun di media sosial. Jadi kalau negatif, Anda tidak akan mendapatkan partner dan pekerjaan,” ujar Syarif Hidayatulloh, Digital Strategist Hello Monday Morning, dalam Webinar Literasi Digital di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (30/7/2021).
Ia menyampaikan, sebagai pengguna internet kita pun dapat membuat jejak digital kita menjadi positif. Salah satu cara yang dapat dilakukan ialah dengan berinteraksi dan berkolaborasi di ruang digital dengan penuh etika.
“Kita harus membangun kualitas diri untuk menjadi seseorang yang beretika, berilmu, dan berdaya, sehingga kita bisa menjadi pribadi yang unggul. Kita juga harus bisa bekerja sama atau berkolaborasi, karena di ruang digital kita tidak bisa berjalan sendirian,” tambahnya.
Kolaborasi digital yakni bekerja sama untuk berbagi informasi dan menghasilkan tujuan bersama. Penerapan kolaborasi digital sangat penting di masa pandemi untuk kebutuhan kegiatan bisnis dan mendukung aktivitas masyarakat.
Pada dasarnya interaksinya dan kolaborasinya sama dengan dunia nyata, bedanya hanya pada tempat, yakni ruang digital. Syarif pun memberikan jurus cerdas berinteraksi dan kolaborasi di ruang digital sesuai etika. Simak jurusnya:
- Menggunakan kata-kata yang layak dan sopan
- Waspada dalam menyebarkan informasi
- Menghargai karya orang lain dengan mencantumkan asal sumber
- Membatasi untuk menyebarkan informasi yang bersifat pribadi
- Sebarkan informasi yang inspiratif dan edukatif.
Dalam berkolaborasi dan berinteraksi, tentu sebagai individu kita akan memilih seseorang yang dapat dikatakan cocok dengan diri kita. Karena itu, dalam memilih pasangan kolaborasi kita harus mencari tahu mengenai profil orang yang akan menjadi partner kolaborasi. Kemudian, kita juga bisa mencari tahu siapa saja orang lain yang pernah berkolaborasi. Hal lain yang harus diperhatikan juga, ialah nilai kehidupan yang orang lain bagikan di media sosialnya. Apakah orang tersebut membagikan nilai positif atau bahkan sebaliknya.
Interaksi dan kolaborasi di dunia digital pun mengharuskan seseorang menjadi produktif. Caranya dapat dilakukan dengan memanfaatkan media sosial, membangun personal branding, mengikuti webinar, memperbanyak relasi dengan lingkungan yang positif, serta bergabung di komunitas-komunitas.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (30/7/2021) juga menghadirkan pembicara, Vincent S. Leewellyn (COO The Coffee Academics Indonesia), Oddie Octaviadi (Director of Technology and Digital BCW Indonesia), Firzie A. Idris (Asisten Editor Kompas.com), dan Davi Arzika..
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.