Menurut laporan Patroli Siber tentang penipuan di online shop cukup mengejutkan. Dari Januari 2019 hingga Januari 2020, tercatat 1.617 laporan penipuan online. Penipuan terjadi di berbagai platform digital. Instagram menempati urutan pertama dengan 573 kasus. Sedangkan WhatsApp berada di urutan kedua dengan 479 kasus. Hal ini menunjukkan rawannya keamanan transaksi di platform digital.
Menurut Yoanita Alexandra, Dosen Universitas Multimedia Nusantara, beberapa kasus yang telah ditemukan antara lain; informasi produk cukup minim, toko tidak mau didatangi, dan akun media sosial baru saja dibuat. Namun, kasus yang paling sering ditemukan adalah harga produk jauh lebih murah dari harga pasar.
“Masalahnya, calon konsumen mudah tergiur. Sehingga, tanpa paksaan pun, mereka rela mengeluarkan sejumlah biaya. Padahal bisa menjadi celah penipuan,” ujar Yoanita, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (12/11/2021).
Lanjutnya, seharusnya calon konsumen perlu mengamati dengan detail seberapa jauh keamanan transaksi dalam bisnis online.
Berikut adalah macam-macam jenis penipuan online shop yang sering terjadi, seperti:
- Bukti Transaksi Palsu
Saat ini yang sedang marak adalah bukti transaksi palsu. Calon konsumen tidak melakukan transaksi, melainkan hanya mengedit bukti transaksi. Bagi pebisnis yang tidak awas maka mudah terkecoh. Ketika produk sudah dikirim penjual, ternyata baru mengecek rekening dan tidak ada uang masuk.
- Penipuan Uang Muka
Bagi penjual, pastikan konsumen benar-benar membayar uang muka atau down payment. Sering kali, mereka mengatakan telah membayar, tetapi setelah dicek, ternyata belum melakukan transaksi. Penggunaan payment gateway penting agar keamanan transaksi bisnis terjaga.
- Penipuan Identitas
Identitas adalah bagian berharga dari diri seseorang. Oleh karena itu, identitas perlu dijaga dengan baik. Akan tetapi, siapa yang menyangka identitas bisa dipinjamkan bahkan dicuri? Bahkan kegunaannya untuk bertransaksi secara online.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (12/11/2021) juga menghadirkan pembicara, Zulham Mubarak (Ketua Umum Milenial Utas & Komisaris PT. Agranirwasita Technology Indonesia), Erna Eriana (CEO Cleoparta Management), Felly Murwito (Jurnalis & Digital Marketing Konsultan), dan Sheryl Dwi Artamevia (Owner Pawon.co) sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.