Tak sekadar cakap menggunakan teknologi, terkait merebaknya hoaks di tengah banjir informasi setiap orang perlu membekali diri dengan literasi digital yang meliputi memilah, menganalisa dan mengevaluasi sebuah informasi yang ada di internet.
“Perkembangan zaman dengan transformasi digital yang membawa kemajuan teknologi membuat individu harus mengimbangi kemampuan dirinya,” kata Ana Agustin, Managing Partner di Indonesia Global Lawfirm, saat webinar Literasi Digital wilayah Kota Tasikmalaya, Jawa Barat I, pada Rabu (27/10/2021).
Hal tersebut dilakukan bukan hanya agar tidak ketinggalan teknologi, tapi juga ada etika rambu-rambu dan batas di ruang digital. Seperti dalam menyaring berita palsu atau hoaks yang bertebaran ada di internet, yakni harus jeli memilah informasi apabila tidak ada kesesuaian antara judul dengan isi berita, isi konten berita yang menggiring ke suatu opini, konten berita diplintir, serta isinya satir atau mengecoh.
“Ada juga yang ternyata isinya mencatut nama orang penting sebagai nara sumber, termasuk dalam memanipulasi isi konten, tapi ternyata ada juga jenis konten yang sengaja dibuat memang isinya palsu,” katanya lagi
Dia mengatakan selama pandemi, hoaks seputar kesehatan seperti vaksin sangat banyak ditemukan. Belum lagi hoaks mengenai isu lainnya yang tersebar di platform Facebook, Instagram, Twitter, YouTube dan TikTok. Dengan jumlah terbesar di Facebook mencapai ribuan hoaks, namun pemerintah melalui selalu melakukan penghapusan konten hoaks yang teridentifikasi.
Namun masyarakat tetap harus jeli dalam menerima informasi dan membaca suatu berita. Karena bahaya dampak buruk hoaks bisa menjadi pemicu keributan, kecemasan dan kepanikan di masyarakat, hoaks pun biasanya dibuat untuk pengalihan isu dan penipuan publik. Dengan begitu hoaks membuat masyarakat tidak lagi memercayai fakta dan menimbulkan opini negatif.
Webinar Literasi Digital untuk wilayah Kota Tasikmalaya, Jawa Barat I, merupakan bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi. Di webinar kali ini hadir pula nara sumber lainnya yaitu Irma Nawangwulan, Dosen IULI, Mohamad Dani, Sekretaris Dinas Kota Tasikmalaya, Yeyen Marhaenia, seorang Penggiat Literasi, dan Fanny Fabriana, seorang Public Figure.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.