Komputer memiliki sistem keamanan yang tersendiri sehingga bisa ditelusuri jika ada yang berbuat jahat. Maka di dunia digital juga ada sistem keamanan komputer untuk memastikan empat hal.
Pertama yaitu kerahasiaan, setiap orang memiliki kerahasiaan sendiri. Kedua, autentikasi siapapun yang mengakses komputer bisa validasi dirinya sendiri. ketiga, integritas data artinya data yang terkirim dan yang diterima itu sama persis. Keempat tidak ada penyangkalan kalau kita semua sudah menggunakan media digital maka kita dipastikan tidak bisa menyangkal.
“Jika seseorang pernah menulis di media digital lalu dituntut secara hukum, Tetapi dia menyangkalnya itu tidak akan bisa terjadi. Semua akan terdeteksi apalagi Polri dengan tim forensik digital, mereka dapat menemukan apa yang pernah kita ketika di ruang digital. Sebab, ada software yang dapat mengungkapkan itu,” jelas Yoseph Hendrik, Dosen Sekolah Tinggi Tarakanita saat mengisi webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (29/9/2021) pagi.
Sebab semua yang kita lakukan di dunia digital sebetulnya terekam di komputer kita sendiri, terekam di jaringan bahkan kemungkinan dapat terekam di komputer orang lain. Kebocoran data dapat terjadi itu karena akses ilegal terhadap perangkat fisik kebocoran data dapat terjadi.disebabkan oleh hilangnya atau akses ilegal terhadap perangkat fisik yang digunakan untuk menyimpan data. Selain itu adanya akses ilegal terhadap sistem komputer seperti perbatasan penggunaan Malware seperti virus ataupun cara hacking lainnya dapat menyebabkan data dicuri diubah dihapus ataupun sistem tidak dapat diakses.
“Software-software yang ilegal di dalam perangkat kita itu sangat rentan virus dalam bentuk malware, spyware dan lainnya,” lanjutnya.
Terakhir kelalaian bisa terjadi karena kelemahan manusia tetapi juga bisa karena sistem keamanan yang tidak memadai. Paling banyak yang terjadi adalah karena kelalaian pengguna. Sebanyak 80% cybercrime itu terjadi karena kelalaian penggunanya. Misalnya membuat password yang mudah ditebak.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (29/9/2021) pagi juga menghadirkan pembicara Ricco Antonius (founder Patris Official Store), Asep Suhendar (Relawan TIK dan kreator konten), dan Kila Shafia sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.