Di era digital saat ini internet sudah digunakan dalam segala aspek kehidupan, yaitu untuk berinteraksi, berkolaborasi, bisnis, bahkan belajar dan bekerja. Keterbukaan informasi mendukung masyarakat untuk bisa berjejaring dan membuka hubungan tanpa jarak.
Saat ini pemerintah tengah membangun infrastruktur untuk mendukung ketersediaan jaringan internet di Indonesia hingga pelosok daerah, tujuannya agar seluruh masyarakat terjangkau informasi. Namun sebelum itu, masyarakatnya pun harus memiliki kecakapan digital salah satu di dalamnya yakni berupa etika di ruang digital.
āEtika di ruang digital dengan kehidupan nyata tidaklah berbeda jauh. Sebab di balik media sosial setiap individu sebenarnya tetap berinteraksi dengan manusia, yang memiliki pikiran bisa khawatir dengan komentar orang lain, memiliki perasaan yang bisa terluka bila ada yang mengeluarkan kata-kata verbal kurang menyenangkan,ā kata Golda Siregar, Senior Consultant at Power Character/Certified Behavior Consultant webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat I, pada Rabh (18/8/2021).
Di media sosial bahkan setiap orang memiliki keunikan dan tidak bisa disamakan dengan pribadi satu orang. Apalagi masyarakat Indonesia yang heterogen dan majemuk, meski begitu dalam menjalani kehidupan sehari-hari tetap memiliki nilai dan norma dalam berbangsa.
Karena itu dalam interaksi sosial yang telah berubah dengan adanya internet dan ruang digital maka seseorang pun harus memahami keragaman Bhineka Tungga Ika. Sehingga saat berkomentar di sosial media, perbedaan adalah hal yang harus diterima. Toleransi akan keragaman dan pendapat yang tidak sama merupakan sesuatu yang harus diterima.
Golda mengungkapkan tips agar menggunakan interaksi dan kolaborasi di ruang digital menjadi sehat dan produktif. Dia mencontohkan negara Korea Selatan yang tahun kemerdekaannya hampir sama dengan Indonesia, namun Korea Selatan bisa maju seperti sekarang dengan memanfaatkan digital untuk mempromosikan makanan tradisional, kebudayaannya seperti hanbok, terutama musik K-Pop yang berhasil diangkat dan booming di seluruh dunia.
Webinar Literasi Digital untuk wilayah Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hadir pula nara sumber seperti Maria Ivana Simon, seorang Graphic Designer, Asep Kambali, Founder Komunitas Historia Indonesia, dan Martha M, Digital Banking Legal Counsel Bank DBS Indonesia.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.