Menurut data dari Asosiasi Penyedia Layanan Internet (APJI) menyebut pengguna internet di Indonesia telah mencapai 73,7 % yakni menjadi 196,7 juta orang. Namun sayangnya, peningkatan masyarakat yang melek digital ini tak barengi kecakapan penggunanya, terutama dalam hal etika berkomunikasi di dunia maya.
Sementara itu, karakter pengguna internet sangatlah heterogen dengan berbagai macam profil di dalamnya. Mulai dari kategori gender, usia, dan tingkat pendidikan, sehingga membuat anonimitas di dunia maya sangat bisa terjadi sebab tak semua orang menggunakan nama atau akun asli.
“Fenomena penggunaan ruang digital dengan adanya perbedaan profil pengguna bisa membuat interpretasi informasi menimbulkan masalah atau konflik akhirnya muncul ujaran kebencian, hoaks, atau isu negatif hingga menjadi viral,” sebut Vivi Andriyani, Marcom & Promotion PT. Alfa Goldland Reality saat webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat I, Senin (30/8/2021).
Dia mengatakan, meskipun tak berjarak dan bertatap muka, etika dalam berkomunikasi di ruang digital tetap harus dipahami para pengguna. Bahkan menurut Vivi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun mengeluarkan etiket dalam bermedia sosial. Antara lain untuk berhati-hati dalam menyebarkn informasi pribadi di internet, tetap menggunakan etika saat berinteraksi dengan siapapun di internet, berhati-hati terhadap akun tidak dikenal, dan memastikan unggahan di media sosial tidak mengandung sara.
Selain itu, media sosial seharusnya digunakan untuk hal positif seperti membangun relasi. Sehingga perhatikan etika saat mengunggah sesuatu dengan menulis sumber foto atau kutipan, dan tidak mengunggah sesuatu yang tidak jelas sumbernya untuk menghindari hoaks atau berita palsu. Mengambil sisi positifnya, maka pergunakan media sosial untuk proses pengembangan diri.
Webinar Literasi Digital di Kabupaten Bogor, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hadir pula nara sumber seperti Dino Hamid, Ketua Asosiasi Promotor Musik Indonesia, Aditya Nova Putra, Ketua Jurusan IULI, dan Asep H. Nugroho, Dosen Fakultas Teknik UNIS.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.