Masyarakat harus waspada dengan informasi bohong yang sering beredar sebab untuk klarifikasi dari berita bohong tersebut butuh 20 kali lebih lama dari penyebaran hoaksnya. Atau hoaks dapat menyebar lebih jauh hingga level 19 dengan waktu 10 kali lebih cepat daripada klarifikasinya yang terhenti hanya sampai di level 10.
Kaitannya dengan algoritma di media sosial sebagai penyaring rujukan bacaan atau informasi yang disesuaikan dengan riwayat aktivitas kita di internet. Jika seseorang sering mencari berita positif yang akan muncul pada media sosialnya berita positif lagi.
Manfaat positif dari penggunaan algoritma ini juga kita akan mendapatkan teman dan informasi yang relevan dengan peminatannya. Sedangkan untuk negatifnya dari algoritma adalah kita menjadi rentan terhadap informasi yang berbeda.
“Maksudnya membatasi diri untuk menerima informasi alternatif yang berbeda dengan kita,” ujar Meylani Pratiwi, Relawan TIK Jawa Barat saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Subang, Jawa Barat, Senin (19/7/2021).
Untuk menghindari informasi yang bohong seseorang harus berpikir kritis di dunia digital. Harus mau mencari tahu dulu kebenaran informasi yang datang dengan cara mencari di website terpercaya. Berpikir kritis itu juga maksudnya membandingkan informasi dari berbagai sumber untuk memutuskan informasi yang benar. Selain mencari tahu juga membandingkan, jadi tidak hanya berasal dari satu sumber saja.
“Ketika menerima informasi, perlu juga memeriksa identitas penyampai informasi apakah kredibel atau siapakah dia, apakah berhak untuk menyampaikan informasi tersebut. Kita juga harus paham menentukan penting atau tidaknya sebuah informasi untuk disebarluaskan walaupun sekalipun itu benar. Apakah itu akan membuat orang yang kita beri informasi itu menjadi terganggu,” ungkapnya.
Ketika kita mengetahui ada berita bohong yang harus kita lakukan adalah Jari ABC. A yaitu amati pesannya benarkah judulnya sudah sangat membuat ketakutan?
B untuk baca sampai selesai, ketika kita menerima info yang mungkin hoaks, dapat diteliti dahulu, di mana letak ketidakbenaran dari informasi tersebut. Kemudian C yakni cari sumbernya atau mencari di komunitas anti hoaks kemungkinan mereka sudah memeriksa informasi tersebut dan sudah diklarifikasi.
Ketika kita sudah yakin itu adalah informasi hoaks yang harus kita lakukan adalah melakukan screen capture disertai url link lalu kirimkan data melalui email ke aduankonten@kominfo.go.id. Kiriman aduan segera diproses setelah melalui verifikasi dan jangan khawatir, pelapor akan dijamin. Aduan konten dapat dilihat di laman web trustpositif.kominfo.id.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat, Senin (19/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara Taufik Aulia (penulis dan Content Creator), Muh. Nurfajar Muharram (Ketua Relawan TIK Indonesia), Bambang Iman Santoso (CEO Neuronesia Learning Center), dan Natasha Gracia sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.