Menurut Studi Digital Civility Index (DCI) 2020 oleh Microsoft, Indonesia berada di urutan terakhir dari “Kesopanan di dunia digital”. Di antaranya survei menyebut beberapa hal yang mengidentifikasi menjadi ancaman media sosial di Indonesia yaitu 47% terkait hoaks dan penipuan, 27% ujaran kebencian, dan 13% untuk diskriminasi.
Irma Nawangwulan Dosen di IULI mengungkapkan setiap orang harus bisa menerapkan etika dan norma sopan santun di dunia maya. Sebab di ruang digital maupun dunia nyata tak ada bedanya, setiap orang berhadapan dengan manusia.
“Gunakan bahasa yang sopan dan mengingat dengan siapa berinteraksi walau di dunia digital tidak bertatap muka,” Katanya saat webinar Literasi Digital wilayah Kota Tasikmalaya, Jawa Barat I, pada Rabu (6/10/2021).
Mengenai survei DCI Microsoft, hoaks dan penipuan memang memiliki persentase tertinggi tang menyumbang perilaku buruk netizen Indonesia. Hoaks atau berita palsu menurutnya sangat berbahaya karena bisa menjadi alat untuk membunuh karakter seseorang, memecah belah masyarakat, dan menimbulkan kecemasan.
“Setiap orang harus bijak dalam menyebarkan informasi, jangan asal dalam membagikan namun saring dulu apakah benar. Buat konten yang produktif dan positif ketimbang hanya komentar. Terakhir bertanya dulu kepada diri sendiri sebelum mengunggah apakah isinya positif, benar, dan perlu,” kata Irma lagi.
Agar tidak termakan hoaks menurutnya, setiap orang perlu mengantisipasi judul berita yang cenderung provokatif. Kemudian cek dulu nara sumbernya, waspada dengan gambar yang dikirimkan bisa jadi menggunakan foto dari berita lama, dan jangan buru-buru membagikannya karena ada ancaman bagi penyebar hoaks menurut UU ITE.
Webinar Literasi Digital untuk wilayah Kota Tasikmalaya, Jawa Barat I merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi. Di webinar kali ini hadir pula nara sumber lainnya yaitu Cyntia Jasmine, Founder GIFU, Henry V. Herlambang, CMO Kadobox dan Eko Ariesta, Founder & CEO Enterpro.id.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.