Fairmont Jakarta kembali menggelar “Women Leaders Forum”, sebuah inisiasi untuk mendukung pemberdayaan perempuan, khususnya yang bekerja di dalam industri perhotelan atau hospitality. Mengusung tema “Women in Hospitality Industries: Successes, Challenges, and Opportunities”.
Fairmont Jakarta menggandeng Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE), yang merupakan sebuah koalisi dari sejumlah perusahaan yang berkomitmen untuk mendorong pemberdayaan ekonomi perempuan dan kesetaraan gender.
Acara yang digelar pada 17 September 2018 ini dihadiri oleh 200 peserta yang datang dari berbagai kalangan dalam hospitality industry, termasuk perwakilan dari Kedutaan Besar, pekerja di perhotelan dan pelajar.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani, mengakui, jumlah pekerja perempuan di sektor hotel masih terbatas, dan tidak banyak dari mereka yang dapat mengisi posisi teratas. Pekerja perempuan masih menghadapi cukup banyak tantangan.
“Meski memiliki keterampilan dan keahlian yang sama dengan laki-laki, jumlah perempuan yang berada di posisi manajemen puncak masih sangat terbatas. Kondisi ini telah menciptakan suatu posisi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam industri perhotelan,” tegas Hariyadi.
Carlos Monterde, General Manager Fairmont Jakarta menilai, sangat penting bagi perempuan untuk dapat percaya pada kemampuannya dan terus berusaha untuk dapat memegang peran penting di perusahaan dimana mereka bekerja.
“Fairmont Jakarta telah memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi perempuan agar bisa menjalankan perannya, baik dalam berkarir maupun dalam berkeluarga. Kami juga memberikan kesempatan yang sama dan memfasilitasi bagi siapapun yang ingin berkembang, yang pada akhirnya mampu menduduki posisi tertinggi dan terpenting di hotel ini,” ujar Carlos.
Founder sekaligus Head Pastry Chef dari Nomz Kitchen & Pastry, Kim Pangestu menilai, posisi perempuan sebagai Chef sangat langka dan jarang dijumpai. Sebagian besar Chef yang berada di hotel maupun restoran di Indonesia, didominasi oleh kaum laki-laki. Inilah yang menjadi tantangan bagi dirinya, untuk mampu membuktikan, bahwa profesi ini tidak hanya dikhususkan untuk gender tertentu.
“Kualitas sebuah profesi, apalagi sebagai seorang chef, tidak hanya dapat dilihat dari gender, namun dibuktikan oleh kualitas dan kemampuannya dalam memasak. Dalam mengolah sebuah resep, juga dibutuhkan cita rasa tinggi. Biasanya kemampuan ini lebih banyak dimiliki perempuan dibandingkan laki-laki,” tegas Kim.
Novi Samodro, General Manager The Dharmawangsa Hotel mengatakan, untuk mencapai posisi puncak di industri perhotelan, merupakan sebuah prestasi. Ia mengakui, tidak banyak perempuan yang bertahan di industri ini. Namun, ia sangat percaya, perempuan memiliki kekuatan dan fleksibilitas tinggi, sehingga mampu memimpin tim dan menjadi nahkoda dalam memimpin sebuah perhotelan. Persaingan yang terjadi saat ini, tidak membentuk ketakutan atau kegentaran perempuan yang memiliki komitmen kuat untuk menjadi pemimpin di industri perhotelan.
“Saya percaya, jika kita percaya diri, kita mampu menjadi pemimpin di industri hospitality. Sebuah perjuangan yang tidak mudah, mengingat tingkat persaingan semakin ketat. Dengan kerja keras, perempuan akan lebih mudah untuk menjadi pemimpin di industri hospitality,”ujar Novi.
Ketua IBCWE, Shinta Kamdhani mengatakan, IBCWE sangat mendukung perusahaan-perusahaan di Indonesia, untuk mencapai standar kebijakan dan pelaksanaan usaha yang mendukung kesetaraan gender. Untuk mencapai tujuan ini, IBCWE akan terus berupaya mempengaruhi norma di tingkat perusahaan dan masyarakat, yang mempengaruhi kesetaraan gender pada umumnya, dan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja pada khususnya.
“Banyak perusahaan yang mengaku sudah menerapkan kesetaraan gender di lingkungan kerja mereka. Pertanyaannya, adalah sejauh mana perusahaan sudah memiliki fasilitas dan program yang mendukung kesetaraan gender di dunia kerja. Komposisi karyawan , upah, fasilitas, kesempatan karir, dan lain lain. Hal-hal seperti ini harus tersosialisasikan, karena banyak perusahaan mengklaim sudah menerapkan kesetaraan gender di dunia kerja, tapi ternyata sebenarnya belum sepenuhnya dia terapkan indikasi kesetaraan itu,” tegas Shinta.