Peradaban manusia itu diawali dengan spirit, bagaimana terdapat masyarakat pembelajar. Masyarakat yang ingin melakukan sebuah perubahan, ini menjadi lebih baik tentu di dalamnya.Sekarang, kita tidak dapat dilepaskan dengan teknologi.
Selain itu ada pelipatgandaan pengetahuan, demokrasi, internasionalisasi, hak asasi manusia, transparansi dan pasar bebas dunia ini adalah aktual saat ini. Sehingga ketika membentuk peradaban yang paling utama ketika kondisi aktual tidak kemudian menghilangkan orientasi kita yakni pengetahuan keterampilan dan perilaku termasuk didalamnya etika.
Hilman Umar Basori Ketua STIEBS NU Garut mengatakan, jika kita ingin memiliki peradaban yang baik, tiga hal tersebut harus dimiliki. Pengetahuan sebagai bagian penting karena manusia tidak bisa dilepaskan harus memiliki nilai harga juga nilai pengetahuan.
“Tidak lupa juga untuk memiliki skill, kalau orang sudah memiliki keterampilan di manapun pasti dia akan dibutuhkan. Ketika dua hal ini ini tidak disempurnakan oleh perilaku. Maka nilainya tidak memiliki kekuatan untuk membentuk sebuah peradaban.” ujarnya dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital Nasional 2021 di wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kamis (14/10/2021).
Dari sinilah etika itu sangat penting perkembangan digital begitu sangat besar. Faktor penyebabnya, bisa jadi karena Indonesia menurut WHO hanya 0,01% minat baca orang Indonesia. Diartikan 10.000 orang di Indonesia hanya 1 saja yang memiliki minat baca. Maka ini adalah kondisi aktual kita saat ini sebagai bangsa
Literasi ini ada kaitannya juga bagaimana seseorang melakukan etika informasi untuk melakukan cek kebenaran saat menerima informasi. Membaca dulu sampai tuntas baru boleh berkomentar atau dibagikan setelah kita juga sudah untuk mencari tahu apakah ini benar atau tidak.
Etika informasi ialah kesadaran untuk mengevaluasi isu yang terjadi terkait penyebaran data elektronik yang mencakup didalamnya kemampuan untuk menyaring hoaks. Memilih informasi dan bagaimana menyampaikan informasi yang baik.
“Yang menjadi masalah juga bagaimana portal-portal informasi itu tidak memiliki sumber yang kuat atau sumber yang berbeda dan yang terjadi adalah pertikaian atau perdebatan di media digital. Maka diperlukan saring sebelum sharing itu merupakan sebuah kegiatan yang harus kita lakukan setiap saat dan juga kita menyampaikan lagi kepada masyarakat mengenai ini,” ungkapnya.
Semua ada etikanya sebelum sharing juga ada aturannya, apakah informasi yang kita ingin bagikan itu ada nilai manfaatnya atau tidak. Ketika nilai memang bermanfaat maka bukan hanya kita yang harus menerima kemanfaatan itu sebarkan informasi penuh dengan manfaat itu kepada seluruh warga digital.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, Kamis (14/10/2021) pagi, juga menghadirkan pembicara, Ismita Saputri (Founder Kainzen), Rinda Cahyana (Dosen STT Garut), Chairi Ibrahim (CEO TMP Event), dan Almira Vania sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.