Transformasi digital mengalami percepatan dan masyarakat seolah dipaksa untuk cepat beradaptasi menguasai digital skills. Bukan hanya dalam mengoperasikan perangkat digital saja, kecakapan dalam hal etika berinteraksi juga menjadi hal penting masyarakat disebut siap menghadapi transformasi digital.
Apalagi di era serba internet sekarang ini informasi begitu mudah dibagikan. Bila masyarakat tidak pintar dan bijak saat menjadi pengguna media social tentunya ada konsekuensi tertentu yang merugikan seperti terkena jeratan hukum.
“Etika dan sopan santun di dunia digital diperlukan agar tercipta ruang digital positif bagi semua penghuninya,” kata Loury Mogot, Consultant at Power Character saat webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat I, pada Senin (11/10/2021).
Terkait dengan etika, hal tersebut mengacu pada hormat dan takzim kepada orang lain, serta tertib menurut adat yang baik. Adapun beradab merupakan bentuk sikap yang mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan, kebaikan, budi pekerti dan akhlak. Sehingga berbicara mengenai etika digital, hal tersebut mengacu pada kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari.
Adanya transformasi ke arah digital, membuat masyarakat pun juga dituntut untuk menerapkan etika dan keberadabannya berintraksi dengan pengguna lainnya. Apalagi menurut laporan Digital 2021: The Latest Insight Into The State of Digital yang diterbitkan pada 11 Februari 2021, pengguna media digital di Indonesia diketahui sudah mencapai 202,6 juta. Indonesia pun tercatat dalam 10 besar negara yang kecanduan media sosial, posisi Indonesia berada di peringkat ke-9 dari 47 negara yang dianalisis.
Menurut Loury, etika dan norma kesopanan sangat penting di ruang digital karena pengguna internet berasal dari berbagai negara. Sehingga bisa dibayangkan jika tidak ada sopan santun dan sikap saling menghargai, maka akan mudah sekali terjadi pergesekan. Mereka juga orang yang hidup dalam anonymouse atau tanpa identitas, di dunia digital setiap orang bahkan bisa menjadi siapa saja. Selanjutnya pengguna internet akan selalu bertambah dan memungkinkan masuknya “penghuninya” baru di dunia maya tersebut.
Webinar Literasi Digital di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat I merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hadir pula nara sumber seperti Cyntia Jasmine, Founder GIFU, Aditya Nova, Ketua Jurusan Hotel dan Pariwisata IULI, Rino, Kaprodi Teknik Informatika Universitas Buddhi Dharma dan Nyimas Indriana, Food & Beauty Enthusias.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.