hitcounter
Monday , January 20 2025

Era Digital Mengubah Pola Perilaku Masyarakat

Munculnya era digital, mengubah pola perilaku masyarakat dari masa ke masa. Saat ini, sedang ramai kata-kata FOMO (Fear of Missing Out) atau secara bahasa gaul dapat dikatakan “takut ketinggalan zaman”.

“Saat ini Indonesia sudah menjadi warganet, selama pandemi kita seperti ditarik mau nggak mau harus terjun ke era serba online ini,” ucap Muh. Nurfajar Muharom saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis (1/7/2021).

Menurut Muharom, inilah yang menjadi titik balik perubahan revolusi digital. Dulu, handphone kita tidak ada yang touchscreen. Saat ini semua handphone sudah menerapkan layer touchscreen tersebut.

Ditambah pola perilaku anak muda yang selalu merasa khawatir berlebihan dan ketakutan akan tertinggal tren yang sedang viral. Munculnya, pola perilaku yang baru mengubah cara bergaul seseorang baik secara online atau offline.

Selain pola perilaku, digitalisasi juga mengubah kebudayaan masyarakat. Cara mengubahnya adalah bukan menghapus dunia digital saat ini, tetapi mengubah cara pandang kebudayaan dari offline jadi online. Mendokumentasikan kekayaan nusantara secara online, menambah ritme kekinian pada lagu-lagu daerah, merupakan beberapa cara mengubah pandangan budaya secara online.

Selain itu, kita juga bisa mengembangkan dunia digital lebih baik sesuai Pancasila. Pertama, lebih berpikir kritis dalam menerima informasi. Kedua, bisa menerima pendapat orang lain dalam lingkungan yang baru. Ketiga, perbanyak kontribusi dalam dunia literasi digital.Saling berbagi, sama-sama support dalam era digital ini.

Dalam pola perilaku yang berubah, kita semakin bisa memahami karakteristik saat menggunakan media sosial Mengetahui karakteristiks ini berguna untuk memajukan pola piker jadi lebih baik dan cerdas.

Muharom menjelaskan ada tiga cara memahami karakterisitik. Pertama, pahami tipe media sosial yang cocok, pasang perisai anti-hoaks dengan lebih memfilter berita dan berhenti sharing ketika kita tahu itu tidak benar faktanya. Terakhir, pakai etika saat berinteraksi dengan orang lain di media sosial.

Bermedia sosial memang menguntungkan, tetapi jika kita tidak berhati-hati dapat merugikan siapapun penggunanya. Ada pepatah mengatakan, “Berfikir sebelum bertindak”, agar kita bisa lebih baik menggunakan media sosila, serta men-stop perilaku yang merugikan ke sekitar kita.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis (1/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara Litani B. Wattimena (Brand and Communication Strategist), Muh. Nurfajar Muharom (Relawan TIK Indonesia Diksi Kreasi), Muhammad Arifin (Kabid Komunikasi Publik Relawan TIK Indonesia), Putri Yulianti.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

About Pasha

Check Also

TP-Link Unjuk Inovasi Rumah Pintar Tapo di CES 2025

Jakarta, Vakansi – TP-Link memperkenalkan solusi smart home Tapo terbaru di CES 2025, menghadirkan rangkaian …

Leave a Reply