Teknologi digital layaknya pedang bermata dua dalam banyak hal. Di satu sisi mempengaruhi rentang perhatian seseorang tetapi juga memberi akses ke informasi dan memungkinkan untuk berkomunikasi secara global dan efisien. Tetapi terlalu banyak rentang fokus perhatian akan membuat seseorang menjadi tidak fokus. Jika ada seseorang yang mengatakan bisa multitasking, Psikolog Ronal Tuhatu menyangsikan. Baginya multitasking itu tidak ada.
“Jika kita melakukan multitasking kualitas pekerjaan kita menurun, coba Anda pikir kapan membuat pekerjaan terbaik, tentu ketika Anda dalam keadaan tenang, mengerjakan satu pekerjaan sehinngga dapat berkonsentrasi penuh. Tidak bisa ketika sedang mengerjakan banyak pekerjaan,” ungkapnya dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (8/9/2021) pagi.
Perubahan dirasakan, komunikasi kini menjadi komunikasi massa. Kemampuan untuk mengetik dengan cepat dan mendistribusikan ide-ide melalui internet memungkinkan komunikasi massa bagi setiap individu yang memiliki koneksi internet. Kita kini dapat mendengar ide-ide dari saudara-saudara di Papua, Maluku dan wilayah jauh lain yang internetnya kini sudah semakin bagus.
Media sosial yang awalnya membantu menjaga komunikasi dengan keluarga atau kerabat yang jauh kini merambah membantu berkolaborasi dengan orang-orang yang tidak kita kenal sebelumnya. Namun media sosial juga mempengaruhi norma, nilai, sikap dan perilaku generasi muda mengenai demokrasi,kekuasaan politik, pembuatan kebijakan. Partisipasi sosial dan politik baik online maupun offline dan pengorganisasian kehidupan ekonomi sosial dan pribadi kini banyak terjadi.
“Pilpres lalu, semua orang menjadi tertarik dengan politik karena media sosial kini menjadi tempat untuk berdiskusi urusan politik. Akhirnya tercipta kubu-kubu interaksi media sosial ini jelas sangat mempengaruhi hanya karena urusan politik,” ungkapnya.
Kehidupan online dan offline kita sangat dipengaruhi oleh media sosial bahkan Amerika Serikat pun mereka mengatakan negara mereka sudah diintervensi negara lain melalui penyebaran kabar bohong sehingga akhirnya memilih Presiden tertentu.
Ronal menyatakan sebuah ungkapan, media sosialmu adalah harimaumu. Bagaimana kita mengontrol media sosial, kita akan bisa mendapat manfaat. Tetapi jika kita tidak mampu mengontrol media sosial kita akan diterkam.
Jadi perilaku yang harus dimiliki dalam transformasi pertama adalah komunikasi. Kita harus paham setiap orang menerima informasi dan membuat keputusan dengan cara yang berbeda sehingga gaya komunikasi setiap orang juga berbeda.
Selanjutnya perilaku yang harus kita miliki saat transformasi digital adalah salah satu budaya Indonesia yaitu gotong royong atau kolaborasi. Karena transformasi digital itu mengaburkan batas tradisional sehingga menimbulkan ekosistem baru. Terjadi perubahan dasar pada pemerintahan, bisnis, akademi dan masyarakat maka itu kita harus merangkul budaya kolaborasi. Kita harus berpikiran tidak bisa melakukan pekerjaan tanpa bantuan orang lain. Seorang pebisnis online, kini tidak dapat sendirian berjuang agar dagangannya laku, mereka butuh influencer mempromosikan produk.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (8/9/2021) pagi juga menghadirkan pembicara Al Akbar Rahmadillah (Founder Sobat Cyber Indonesia), Asep Suhendar (Relawan TIK Indonesia), Stefani Anggriani (Beauty Influencer), dan Yumna Aisyah sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.