hitcounter
Tuesday , December 5 2023

Di Tepi Sejarah, Sudut Pandang Baru Pahami Sejarah Indonesia

Indonesia tentunya punya segudang kisah bersejarah yang bisa menjadi ilham perjuangan Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan sebagai negara di kemudian hari.

Jika mengenal kisah tersohor seperti perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajahan, Pidato Bung Tomo dalam membakar semangat rakyat Surabaya, maupun Kiprah Dwitunggal Soekarno-Hatta dalam Kemerdekaan Indonesia, maka pementasan Seri Monolog Di Tepi Sejarah mencoba menceritakan tentang tokoh-tokoh yang ada di pinggir cerita. Mereka yang mungkin tak pernah disebut namanya dan tak begitu disadari kehadirannya dalam narasi besar sejarah bangsa Indonesia.

Seri monolog ini merupakan hasil kolaborasi terbaru Kemendikbudristek, Titimangsa Foundation dan KawanKawan Media, serta diprakarsai oleh Happy Salma dan Yulia Evina Bhara. Seri monolog ini coba mengangkat sisi lain dari kisah orang-orang yang berada di pusaran sejarah utama dan menjadi saksi peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di Indonesia.

Seri Monolog Di Tepi Sejarah ini  selaku Produser dari Titimangsa Foundation dan KawanKawan Media. Pentas ini juga merupakan kerja bersama dengan Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia.

Dalam pementasan ini, diangkat 4 judul monolog; Nusa Yang Hilang, Radio Ibu, Sepinya Sepi, dan Amir, Akhir Sebuah Syair. Yulia Evina Bhara, Produser dari KawanKawan Media, Di Tepi Sejarah merupakan upaya untuk menyediakan media alternatif dalam pembelajaran sejarah di Indonesia.

“Seni pertunjukan dapat menyampaikan isu terkini maupun masa lampau dengan sudut pandang yang lain dan karena sifatnya yang lentur, dapat dikemas dalam bentuk lintas media. Komponen seni pertunjukan seperti visual dan bunyi diharapkan menjadi stimulus bagi penontonnya untuk mencari tahu lebih banyak tentang kisah yang diangkat,” tulis Yulia.

Empat Judul Monolog, mengisahkan berbagai kisah sejarah yang mungkin belum banyak diketahui masyarakat. Untuk judul Nusa Yang Hilang misalnya, Monolog tersebur berkisah tentang seorang yang bernama asli Muriel Stuart Walker, wanita kelahiran Skotlandia yang tumbuh besar di Amerika. Ia kemudian pergi ke Bali dan berganti nama menjadi Ketut Tantri.

Ia pergi ke Bali, karena sebuah harapan dari film yang ditontonnya tentang keindahan Bali, tetapi kenyataan berkata lain. Ketut Tantri terlibat jaringan gerakan bawah tanah, ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Setelah Jepang menyerah, Ketut Tantri bergabung dengan para pejuang di Surabaya.

 

About Pasha

Check Also

Investasi Hijau dan SDM Kunci Utama Pengembangan Pariwisata ke Depan

Jakarta, Vakansi – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga …

Leave a Reply