Hoaks tidak pilih kasih, menyerang semua golongan manusia laki-laki atau perempuan, dari pendidikan tinggi hingga rendah dan ekonomi lemah atau kuat. Bahkan selebriti dan menteri pun pernah terkena hoaks, meski kemudian ada klarifikasi. Dengan dampaknya tersebut setiap orang tentu harus waspada dengan hoaks.
Fibra Trias, Editor in Chief Mommies Daily, dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kota Bogor, Jawa Barat I, pada Rabu (27/10/2021), mengatakan menurut laporan Google bertajuk āContent Removal Transparancy Reportā Januari-Juli tahun 2021, Indonesia menempati urutan pertama dengan volume konten terbanyak yang diminta untuk dihapus dari semua produk Google, baik YouTube, Google Search hingga Blogger.
Hoaks memiliki dampak dan bahaya besar. Untuk pembuat dan penyebarnya bisa terjerat Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), sert tentuny memiliki rekam jejak digital yang buruk. Hoaks juga memengaruhi kesehatan mental seseorang, membuat seseorang jadi takut, cemas, stres, bahkan merugikan di sisi ekonomi.
Lebih jauh dia mengatakan hoaks berkembang di Indonesia disebabkan beberapa hal. Seperti kemampuan literasi masyarakat yang rendah dalam membaca dan mencerna informasi, tidak kritis hal itu tak mengherankan karena minat baca orang Indonesia masih rendah. Selain itu, anonimitas di ruang digital membuat orang bisa mengaku sebagai siapa saja.
āHoaks bahkan menjadi sumber penghasilan, karena berita yang viral dan kontroversial biasanya menarik perhatian masyarakat dan hal tersebut mendatangkan iklan adsense di YouTube,ā katanya lagi.
Webinar Literasi Digital wilayah Kota Bogor, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Di webinar kali ini, hadir pula nara sumber seperti Sandy Natalia, Co-Founder of Beauty Cabin, Dee Rahma, seorang Digital Marketing Strategist, Ana Agustin, Managing Partner di Indonesia Global Lawfirm, Inge Indriani, Founder Boembokatjangku.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.