Hoaks atau berita bohong berdampak negatif bagi kehidupan atau aktivitas kita sehari-hari. Eko Prasetyo, Co-Founder Syburst Corporation mengatakan, dampak negatif tersebut di antaranya membuang waktu, memicu kepanikan publik, penipuan publik, hingga menjadi pengalihan atas suatu isu.
Ia memaparkan, hoaks yang beredar banyak berupa isu politik, pemerintahan kesehatan, bencana alam, ujaran kebencian, kejahatan, dan lainnya. Menurut data Kominfo, selama pandemi berlangsung sejak Januari 2020 hingga Juni 2021, terdapat 1.642 hoaks beredar terkait Covid-19.
āSecara undang-undang ada UU ITE, ada pidana penjara selama 6 tahun atau denda 1 miliar rupiah. Tetapi kalau dilihat trennya (hoaks) justru bukan menyurut malah menjadi semakin ekstrem,ā ujar Eko dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (29/9/2021) pagi.
Penyebab maraknya hoaks yang beredar karena tidak adanya filter dari sendiri. Apabila sikap kita acuh tak acuh hal ini menjadi faktor sulitnya meredam berita hoaks. Di samping itu, terdapat banyaknya saluran penyebaran berita hoaks seperti media sosial, aplikasi chatting, dan situs web.
Oleh karena itu, kita perlu waspada dan mengenali ciri dari hoaks. Eko memaparkan, ciri hoaks yakni memancing emosi dan sifat negatif, memiliki tampilan menarik dan provokatif, mencantumkan tokoh/organisasi terkenal, memanipulasi foto, dan minta diviralkan.
Hoaks yang dibuat pun bisa berupa dua kategori, yakni misinformasi dan disinformasi. Misinformasi ialah informasi salah yang disebarkan oleh orang yang mempercayainya sebagai sesuatu hal yang benar. Lalu, disinformasi ialah informasi yang tetap disebarkan seseorang meski mengetahui bahwa informasi tersebut salah/tidak benar.
Untuk menangkal hoaks, kita butuh mengatur emosi dan pola pikir positif. Kemudian, setelah membaca kita perlu memahami konteks berita secara menyeluruh. Setelah itu, lakukan konfirmasi dan verifikasi kepada ahli, serta meningkatkan kebiasaan membaca.
āApabila menemukan hoaks dan ingin melaporkannya, kita dapat mengakses situs dari MAFINDO di turnbackhoax.id dan email kominfo di aduankonten@mail.kominfo.go.id,ā jelas Eko.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (29/9/2021) pagi juga menghadirkan pembicara Virginia Aurelia (Owner & Founder @divetolive), Stelita Marsha (Tenaga Ahli Kemendikbudristek), Nindy Tri Jayanti (Entrepreneur & Penggiat UMKM), dan Deya Oktarissa sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.