Sepaku, Vakansi – Kami telah menyelesaikan dan mengeluarkan produk buku panduan komunikasi kriss untuk sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Buku panduan komunikasi krisis ini kami peruntukan untuk sektor parekraf dalam membangun sistem manajemen terpadu terkait komunikasi, Hal itu disampaikan Kepala Biro Komunikasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) I Gusti Ayu Dewi Hendriyani, saat ditemui rekan-rekan media beberapa waktu lalu.
Lanjut Dewi, buka panduan komunikasi krisis ini diciptakan untuk menangani beberapa isu yang berpotensi menimbulkan krisis yang semakin besar. Untuk itu sangat membutuhkan strategi dan narasi yang tepat dalam pegangan dan upaya mitigasi.
Sambungnya, pihaknya sudah melakukan diseminasi produk ini kepada dua dinas pariwisata (Dispar) Bali dan Jawa Barat. “Kedua lokasi ini menjadi target utama penyampaian informasi manajemen krisis, karena memiliki kategori isyu krisis pariwisata alam dan non alam yang mendominasi. Dimana khusus yang non alam di Bali dan yang alam di Jawa Barat,” terangnya.
Ia juga mengungkapkan, pihaknya melakukan forum komunikasi ke berbagai wilayah lain. Sehingga buku panduan komunikasi krisis tidak sekedar menjadi literasi, namun juga menjadi sarana pelatihan sehingga terbentuk komunikasi terpadu di sektor ekraf.
“Buku panduan ini rencananya juga bakal diunggah di website resmi Kemenparekraf sehingga dapat diakses dan diunduh oleh siapa saja secara gratis,” ujarnya.
Ia juga menerangkan, berkaitan dengan tata kelola kepariwisataan, pihaknya telah berkoordinasi dengan basarnas serta mengajak K/L untuk bersama-sama mengantisipasi atau memitigasi krisis kepariwisataan. Sehingga di level nasional dapat terbentuk satuan tugas (satgas) tata kelola Pariwisata Nasional.
Dewi mengatakan seperti saat ini diperlukan sosialisasi potensi IKN di Sepaku sebagai destinasi pariwisata yang menarik. Selain juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif ini dilakukan dengan berkelanjutan, menghormati budaya lokal, dan melindungi lingkungan alam.
“Seiring dengan tugas kami dalam menyampaikan sosialisasi dan informasi parekraf di IKN, kami juga harus menjadi pendengar yang baik. Ini adalah waktu yang penting untuk mendengarkan berbagai pandangan dan kekhawatiran masyarakat yang pada kali ini diwakili komunitas. Kami harus merespons pertanyaan dan kebingungan mereka dengan sabar dan penuh empati,” kata Dewi