hitcounter
Monday , May 12 2025

Budayakan Memfilter Informasi, Cegah Penyebaran Berita Hoaks

Di era keterbukaan informasi karena keberadaan internet dan media sosial saat ini seringkali dimanfaatkan oleh segelintir oknum untuk menyebarkan hoaks.
Hoaks atau berita bohong adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar namun dibuat seolah-olah benar, tujuannya untuk membuat masyarakat tidak aman, nyaman, resah dan kebingungan.

“Itu sebabnya bisa muncul keputusan yang lemah, tidak meyakinkan dan bahkan salah,” kata Riri Damayanti, seorang Content Creator dan Yoga Enthusiast saat webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat I,  pada Kamis (21/10/2021).

Dia mengatakan, hoaks ternyata memiliki banyak jenisnya seperti satire atau parodi awalnya dibuat tidak untuk merugikan namun ternyata berpotensi mengelabui. Di samping itu ada konten yang menyesatkan atau misleading content memanfaatkan informasi asli namun sebenarnya tidak ada hubungan dengan informasi aslinya.

Jenis hoaks lainnya adalah konten tiruan yaitu mengambil sumber asli namun diubah lagi sesuai keinginan penyebar hoaks. Kemudian ada konten palsu yang merupakan konten baru yang sepenuhnya salah sengaja untuk menipu, dan koneksi yang salah antara judul dan isi berita tidak nyambung.

Ada beberapa tips supaya masyarakat bisa ikut berkontribusi mencegah penyebaran hoaks. Seperti berhati-hati dengan judul berita yang provokatif terkesan bombastis, akan lebih baik cek terlebih dulu daripada klarifikasi di kemudian hari. Selanjutnya untuk memudahkan pengenalan hoaks, cermati alamat situs misalnya untuk situs pemerintah, sekolah, dan instansi tertentu. Cek juga fakta dengan sumber pembanding lainnya, cek keaslian video dan foto, serta ikut grup diskusi anti hoaks.

Webinar Literasi Digital di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hadir pula nara sumber seperti Goretti Meiliani, Project & Planning Section Head Binus Group, Rino, Kaprodi Teknik Informatika Universitas Buddhi Dharma, Indra Brasco, seorang Dadpreneur, dan Sophie Beatrix, seorang Psikolog Praktisi.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

About Pasha

Check Also

TCL Indonesia Tampilkan Inovasi AI dan Apresiasi Dealer Terbaik di National Gathering 2025

Jakarta, Vakansi — TCL Indonesia sukses menggelar National Dealer Gathering 2025 di Jakarta dengan tema …

Leave a Reply