Survei terbaru Microsoft yang menyebut netizen Indonesia mayoritas pengguna media sosialnya paling tidak sopan se-Asia Tenggara cukup mengagetkan dan menjadi pukulan keras. Sebab Indonesia terkenal dengan budaya sopan santun dan ramah tamahnya, apalagi di kalangan turis asing.
“Ruang digital telah mengubah paradigma budaya dan etika masyarakat Indonesia yang sopan dan ramah. Padahal seharusnya apa yang sudah diaplikasikan di kehidupan nyata bisa diterapkan di ruang maya, setiap orang mestinya memahami dulu bagaimana menciptakan budaya yang baik dan diteruskan di ruang digital,” kata Dessy Natalia, Asst. Lecture & Industrial Placement Staf UBM saat webinar Literasi Digital wilayah Kota Depok, Jawa Barat I, pada Jumat (13/8/2021).
Menurutnya, meski dunia digital tanpa batas dan setiap orang dapat selalu terhubung dengan semua informasi yang memungkinkan untuk diakses di mana saja kapan saja secara instant. Namun Dunia digital yang juga menyediakan ruang interaktif bagi para penggunanya tetap perlu etika. Setiap orang perlu berhati-hati karena anonimitas di internet membuat orang di dalamnya bisa menjadi siapa saja. Berbagai hoaks dan bentuk ujaran kebencian, serta radikalisme juga mengancam dan bisa memecah belah bangsa di internet.
“Jangan memisahkan, di ruang fisik kita mampu menerapkan budaya yang sudah ada dari orang tua kemudian masuk ke ruang digital malah jadi hilang,” kata Dessy.
Adapun budaya dan etika sopan santun di ruang digital sebenarnya bisa memberikan nilai positif. Apalagi saat ini HRD perusahaan biasanya mengecek terlebih dahulu jejak digital seseorang yang hendak dipekerjakan, begitupun pemberi beasiswa. Penting bagi setiap individu untuk menjaga ruang digitalnya berisi hal-hal positif dan hendaknya setiap orang tidak lagi memisahkan ruang digital dengan fisik karena semua ini merupakan bagian realitas dan diatur oleh hukum.
Apa yang diterapkan di ruang kehidupan nyata juga perlu dilakukan di ruang digital misalnya terkait budaya yang seharusnya dipopulerkan. Seperti adanya keragaman suku bangsa, bahasa daerah, tarian, alat musik tradisional, kuliner lokal hingga pakaian adat. Semua ini merupakan nilai jual, dari Indonesia yang akhirnya membuat orang dari daerah lain tertarik untuk datang karena keaslian dan kerahamannya masih terjaga.
Webinar Literasi Digital untuk wilayah Kota Depok, Jawa Barat I merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi. Di webinar kali ini hadir pula nara sumber lainnya yaitu Maria Natasya, seorang Graphic Designer, Monica Eveline, Digital Strategist Diana Bakery, dan Asep Hardianto, Dosen Fakultas Teknik UNIS.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.