hitcounter
Friday , April 19 2024

Berinteraksi di Dunia Digital Sesuai Etika dan Pemanfaatannya untuk Kolaborasi yang Positif

Keterbukaan informasi mendukung masyarakat untuk bisa berjejaring dan membuka hubungan tanpa jarak. Apalagi di era digital saat ini internet sudah digunakan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk untuk berinteraksi, berkolaborasi, bisnis, bahkan belajar dan bekerja.

Presiden Joko Widodo dalam peluncuran Program Literasi Digital Nasional mengungkapkan, saat ini infrastruktur untuk mendukung ketersediaan jaringan internet di Indonesia sedang dibangun hingga pelosok daerah, tujuannya agar seluruh masyarakat terjangkau informasi. Namun sebelum itu, masyarakatnya pun harus memiliki kecakapan digital salah satu di dalamnya berupa etika di ruang digital.

“Ada nilai-nilai sebagai bangsa Indonesia, Pancasila karena ada satu fakta netizen Indonesia paling tidak sopan se-Asia Tenggara ini survei dari Microsoft tahun 2020, dirilis Februari tahun ini dan pastinya ini rekor yang tidak menyenangkan,” kata Golda Siregar, Senior Consultant at Power Character/Certified Behavior Consultant webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat I,  pada Selasa (3/8/2021).

Menurut Golda etika di ruang digital dengan kehidupan nyata tidaklah berbeda jauh. Sebab di balik media sosial setiap individu sebenarnya tetap berinteraksi dengan manusia, yang memiliki pikiran bisa khawatir dengan komentar orang lain, memiliki perasaan yang bisa terluka bila ada yang mengeluarkan kata-kata verbal kurang menyenangkan. Di media sosial bahkan setiap orang memiliki keunikan dan tidak bisa disamakan dengan pribadi satu orang.

Menjadi catatan bagi masyarakat Indonesia yang memiliki nilai dan norma dalam berbangsa. Interaksi sosial yang telah berubah dengan adanya dunia digital maka seseorang pun harus memahami keragaman Bhineka Tungga Ika. Sehingga saat berkomentar di sosial media, perbedaan adalah hal yang harus diterima. Toleransi akan keragaman dan pendapat yang tidak sama merupakan sesuatu yang harus diterima.

Lebih lanjut dia mengungkapkan tips agar menggunakan interaksi dan kolaborasi di ruang digital menjadi sehat dan produktif. Golda mencontohkan negara Korea Selatan yang tahun kemerdekaannya hampir sama dengan Indonesia, namun Korea Selatan bisa maju seperti sekarang dengan memanfaatkan digital untuk mempromosikan makanan tradisional, kebudayaannya seperti hanbok, terutama musik K-Pop yang berhasil diangkat dan booming di seluruh dunia.

“Kita bisa angkat kebaya sehingga orang-orang bangga memakai baju tradisional, makanan khas kita saya angkat di sini gado-gado walaupun banyak makanan khas Indonesia wisata kuliner kita. Dangdut kopo, saya senang kalau di TikTok ada yang mengangkat kebudayaan kita dan itu adalah sesuatu yang positif dan berharap semakin banyak konten-konten yang bagus,” kata Golda lagi.

Webinar Literasi Digital untuk wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hadir pula nara sumber seperti Andry Hamida, Head of Creative Visual Hello Monday Morning, Faqih Ibrahim, Ketua Koordinator Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Universitas Siliwangi, Mardiana R.L, Vice Principal in Kinderhouse Pre-School.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

About Pasha

Check Also

Resmi Rilis di Indonesia, Bose Ultra Open Earbuds Dibanderol 4 Jutaan

Jakarta, Vakansi – Earbuds revolusioner yang ditunggu-tunggu para penikmat audio, Bose Ultra Open Earbuds, hari …

Leave a Reply