Bebasnya kita di dunia maya terkadang melewati batas dan tidak jarang lepas kendali. Di ruang maya, pengguna internet jarang memperhatikan penggunaan etika layaknya pada dunia nyata.
Menurut Aat Indrawati Ridwan, Konsultan SDM Pegiat Pemberdayaan Perempuan, etika seharusnya tetap diterapkan baik itu di dunia nyata maupun di dunia maya. Etika ini dipengaruhi juga oleh alam sadar dan alam bawah sadar seseorang. Hal ini mempengaruhi juga etika negatif atau positif yang keluar dari diri seseorang. Etika positif yang semestinya diterapkan ialah ramah, bijak, mempererat persaudaraa, kreativitas, jiwa wirausaha, semangat, dan optimis.
“Kita sebagai warganet akan mengarahkan kemana etika kita (positif atau negatif). Orang yang menyadari etika adalah orang yang rasional,” tutur Aat dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kota Cimahi, Jawa Barat, Selasa (19/10/2021) pagi.
Di dunia digital, etika bisa mempengaruhi tulisan, brand image, dan karakter seseorang apakah ia memiliki etika positif atau negatif. Etika positif akan mampu memotivasi dan menginspirasi orang lain dibandingkan dengan etika negatif. Hal ini juga bisa mengurangi kecemasan dan depresi.
Namun, etika positif pun bisa berubah menjadi negatof karena pikiran, perasaan, dan emosi dari manusia itu sendiri. Oleh karena itu, emosi perlu dikelola agar saat berkomunikasi di ruang digital tetap menghasilkan etika positif.
Gaya komunikasi turut mempengaruhi etika digital. Ia menyampaikan, gaya komunikasi ini terdiri atas gaya menyerang, gaya mengalah, dan gaya menang-menang. Gaya menyerang dan mengalah bukanlah gaya komunikasi yang disarankan karena komunikasi bergantung pada kekuasaan, saling sindir, dan tanpa empati. Sementara gaya menang-menang ini orang yang berkomunikasi akan lebih bersikap netral dan objektif.
“Norma-norma religius pembawa damai menjadi penyebab seseorang bisa taat aturan. Ini juga mempengaruhi etika dalam ruang digital,” ujarnya.
Dalam menerapkan etika positif, kita dapat menanamkan mindset-mindset positif dalam diri kita. Jangan lakukan sesuatu pada orang lain yang kita tidak ingin orang lain lakukan pada kita.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kota Cimahi, Jawa Barat, Selasa (19/10/2021) pagi, juga menghadirkan pembicara, Lucia Palupi (Digital Content Music Producer), Irsan Maulana (Ketua RTIK Kota Cimahi), Kis Uriel (Storytelling & Self Development Coach), dan Ida Rhijnsburger sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.