Yogyakarta, Vakansi – Bakpia Tape ini jauh beda dari bakpia Yogya yang biasa kita kenal. Bentuknya persegi empat, kulitnya berlapis , isinya tape. Rasanya? Boleh diadu! Isi bakpia yang satu ini, agak nyeleneh. Yaitu, tape atau peyeum sampeu kalau di daerah Jawa Barat. Bukan kacang hijau atau kacang merah seperti yang selama ini kita kenal. Namanya Bakpia Tape Jogja.
Kulitnya pun berbeda dengan kulit bakpia yang selama ini jadi legenda di kota Gudeg itu. Uniknya, sang kulit lumpia itu seolah menggulung isinya, kesannya bakpia yang satu ini berlapis-lapis kulitnya. Tapi, meski bergulung, isianya masih terasa jelas. Tape, misalnya manis dan asam segarnya masih kental di lidah.
Bagi mereka yang tak suka manis sekali, rasa bakpia yang bentuknya tidak bundar ini, mungkin jadi pilihan tepat. Rasanya memang lembut, berpadu dengan isian tape yang juga halus, sehingga ketika ditelan tak terasa seret.
Bakpia Tape Jogja ini lahir saat pandemik, yaitu Maret 2022 di bawah management PT Inovasi Boga Indonesia. Lokasi pertama di Mall Malioboro (sekarang Plaza Malioboro). Saat itu, sanga pemilik perusahaan Denny Waskita, termasuk nekat memulai bisnis Bakpia Jogja ini saat covid masih rame-ramenya. Belum lagi, memilih lokasi di Yogyakarta, di mana bakpia lain sudah menjadi legenda. “Kalau dibilang nekat, mungkin saya memang nekat. Karena mau jualan Bakpia Tape di sentra atau sarangnya Bakpia,’ kata Denny yang dihubungi, beberapa waktu lalu
Tapi, pengusaha berusia 42 tahun ini bukan tak memiliki pertimbangan. Menurut Denny, Yogya ini selalu saja ada wisatawan, meski situasi seperti pandemi kemarin melanda di mana-mana. Dari pengamatannya selama itu, Denny juga menyebut bahwa oleh-oleh yang paling banyak dibeli wisatawan adalah bakpia. “Hampir 99 persen wisatawan yang berlibur ke Yogya, pasti beli bakpia,” katanya serius.
Kemudian, lulusan Univeristas Airlangga ini berpikir untuk membuat bakpia di Yogya. “Tapi bakpianya harus berbeda dari yang sudah ada dan punya ciri khas sendiri. Tentu harus enak dengan kualitas yang gak kaleng kaleng,” katanya berkisah.
Denny pun saat itu membuat riset kecil, dengan membeli semua jenis bakpia yang ada di Yogya. “Satu per satu saya rasakan dan amati. Dari kulit, isi dan semua teksturnya,” ujarnya. Akhirnya munculah ide Bakpia Tape ini. Menurutnya, tape singkong ini hanya ada di Indonesia. “Ini bisa jadi ciri khas Indonesia sekaligus bisa mengangkat petani singkong juga,” ujarnya.Pengusaha yang lahir dan besar di Surabaya, ini pun yakin bakpianya punya keistimewaan sendiri, terutama dari kulit dan isinya itu. “Rasanya juga boleh diadu, loh,” katanya yang menyebut bahwa bakpianya ini pertama dan satu-satunya di Yogyakarta.
Proses pembuatan produknya ini pun melalui proses trial and error berkali-kali. “Hingga berbulan-bulan, sampai menemukan resep yang pas,” ujarnya. Kulitnya, misalnya kemudian dibuat tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah. Sehingga saat dimakan, akan terasa nyaman , tidak seret di tenggorokan, katanya persis seperti diceritakan di awal tulisan.
Rahasia lembut juga terlihat dari kolaborasi kulit dengan isinya yanga seolah digulung bersama. Sehingga kulitnya dibuat seperti berlapis. Dan, penikmat bakpia ini akan melihat lezatnya setiap lapisan Bakpia Tape Jogja pada sisi-sisinya.
Hasilnya? Bakpia Tape Jogja ini menjadi alternatif oleh-oleh dari Kota Pariwisata di Indonesia ini. Setelah hampir setahun, penjualannya sudah mencapai hampir 8000 boks per bulan. “Jumlah ini, empat kali lipat dibanding awal buka, “ katanya.
Tak heran, selain teknik pembuatannya, bahan yang dipakai pun berasal dari kualitas premium. Singkong diambil dari petani di Jawa Timur. Isiannya juga diambil dari beberapa merek terkenal dan masih segar. “Durian dan kacang yang digunakan adalah buah asli, buka pasta atau selai. “ ujarnya.
Kini, varian Bakpia Tape ini, memang sudah banyak. Selain isi tape, ada juga cokelat, keju, durian dan kacang. Dikemas dalam boks cantik, isi 12. Harganya juga masih ramah di kantong. Yaitu sekitar 25k-30k IDR per boks.
Jika Anda berkunjung ke Yogya, ada tiga outlet yang bisa didatangi untuk mendapatkan produk yang pelanggannya hampir 90persen wisatawan ini. Yaitu di Plaza Malioboro Lt.LG , Plaza Ambarrukmo Lt.3, dan Jl. Gandekan Lor, dekat Stasiun Tugu Jogja. Sementara produknya, juga sudah tersebar ke sekitar 32 mitra toko oleh-oleh.
Tak lama lagi, Anda yang lupa beli di tiga outlet itu, mungkin bisa membelinya menuju arah pulang. “Beberapa outlet akan dibuka, terutama di jalan arah wisatawan pulang dari Yogyakarta,” ujar Denny menutup pembicaraan. (SUSANDIJANI)