Maraknya pornografi di kalangan anak-anak dan remaja sudah masuk ke dalam tahap yang mencemaskan dan perlu pengawasan lebih dari seluruh orang tua. Ini seiring dengan semakin mudahnya anak dalam mengakses internet serta fasilitas gadget yang diterima dari orang tua mereka.
Akses mudah ke pornografi secara online akan menimbulkan potensi bahaya yang semakin meningkatkan kekhawatiran tentang kesehatan dan kesejahteraan anak-anak. Anak-anak dan remaja yang menggunakan email atau menjelajahi Internet akan berisiko terkena pornografi yang tidak diinginkan. Pada tahun 2005, sebuah penelitian terhadap anak muda berusia 10-17 tahun menemukan 42% melaporkan maraknya pornografi online.
āSeperti halnya narkoba dan rokok, pornografi dapat menjadi candu bagi para penggunanya. Menjadi persoalan serius, kecanduan pornografi mengancam anak-anak. Dari awalnya iseng, anak-anak bisa saja kemudian menjadi intens dan rutin mengonsumsi pornografi,ā ungkap Miswanto, Wakil Sekjen Pengurus Pusat Perkumpulan Acarya Hindu Nusantara & Guru/Pegiat Sosial Media, pada saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Rabu (23/6/2021).
Eksposur berkelanjutan terhadap pornografi tentunya dapat memiliki efek negatif pada anak-anak dan remaja. Untuk itu, setiap orang tua harus mengetahui bagaimana pornografi dapat membahayakan anak-anak mereka. Ini beberapa dampak pornografi pada anak-anak.
Kecanduan, berbagai konten pornografi yang muncul melalui iklan, media sosial, games, film, video klip, ataupun tontonan di atas awalnya akan membangkitkan rasa penasaran pada anak, bahkan saat tidak sengaja melihat sekalipun. Rasa penasaran inilah menjadi dorongan anak-anak untuk melihat lebih konten pornografi lainnya.
Merusak otak, pornografi dapat merusak otak anak, tepatnya pada salah satu bagian otak depan yang disebut Pre-Frontal Cortex (PFC). Hal ini disebabkan bagian PFC yang ada di otak anak belum matang sempurna. Jika bagian otak ini rusak, maka dapat mengakibatkan konsentrasi menurun, sulit memahami benar dan salah, sulit berpikir kritis, sulit menahan diri, sulit menunda kepuasan, dan sulit merencanakan masa depan.
Mulai melakukan tindakan seksual, jika tidak diawasi, anak-anak yang terpapar pornografi ini bisa saja mencoba melakukan tindakan seksual untuk mengatasi rasa penasarannya. Apalagi jika mereka sudah remaja, jika tidak diberikan pendidikan dan pemahaman seksual yang baik, keinginan melakukan tindakan seksual sulit dicegah.
āKetika anak mulai mengenal pornografi, orang tua harus melakukan berbagai hal dalam memberikan pengertian tentang bahaya pornografi dan pemahaman mengenai organ seksual mereka, bukan malah mengecamnya. Selain pendidikan seks, orang tua juga perlu mengenalkan bahaya pornografi juga membatasi akses pada gawai,ā tutupnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Rabu (23/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara Dra. Hj.Widyanayati (Pemimpin Bank Jatim Cabang Madiun), Riskiadi Puranto (Direktur Fefebutik.id & Neona DĆ©cor), Dr. Mondry (Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UB), dan Key Opinion Leader Ferensa Thitania.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 ā untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.