Fakta dunia pendidikan saat ini hampir dua tahun berjalan mendadak semua pindah ke digital akibat pandemi. Maka dapat terlihat perubahan itu sangat nyata dan mengagetkan bagi seluruh elemen masyarakat pendidikan.
Bahruddin, Tim komunikasi Publik Relawan TIK Indonesia mengatakan, berdasarkan pengalaman dalam mendampingi guru-guru, ada banyak keluhan yang terjadi. Diantaranya ialah kondisi psikologi anak yang belum siap digitalisasi.
“Kita bicara tingkat SD itu paling banyak yang berhubungan dengan fasilitas penunjang, terutama orang tua yang terkaget karena mendadak jadi guru. Apalagi materi di SD itu lebih banyak memang harus menjelaskan dan anak juga masih belum terlalu fokus berbeda dengan saat sudah SMP atau SMA,” ujarnya di Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (19/7/2021).
Kompetensi guru dalam menjalankan sistem pembelajaran jarak jauh juga sangat terbatas, tidak semua guru memiliki kecakapan digital dan mengoperasikan teknologi informasi. Untuk itu Relawan TIK selalu melakukan pendampingan sehingga guru terus belajar dan berlatih agar semakin cakap digital. Bagaimana mereka membuat media pembelajaran berbasis video dan lainnya.
Fasilitas penunjang juga ini yang menjadi masalah karena tidak semua siswa memiliki gawai sendiri. Tantangan selanjutnya yaitu penyusunan kurikulum bahkan menjadi kendala karena ada kurikulum darurat di dalam pendidikan Indonesia saat ini.
“Ada kurikulum suplemen darurat yang mengatur jam belajar yang tepat normalnya 8 jam dipersempit menjadi 2 jam maksimal 4 -5 jam untuk mata pelajaran sehari maksimal dua mata pelajaran,” jelasnya.
Semua materi yang diajarkan dapat dilihat di internet ditambah ada sisi menarik yang bisa dilihat jika pembelajaran semua di internet itu adalah cara menyampaikannya. Maka, guru harus lebih kreatif dalam memberikan media pembelajaran semenarik mungkin agar anak-anak.
Di kementerian pendidikan media akun pembelajaran yaitu belajar.id. mendukung kolaborasi yang lancar, meningkatkan produktivitas berkomunikasi secara fleksibel, memberikan keamanan terpercaya dan mengelola tugas.
Ada juga Google cendekia sebuah alat bantu pembelajaran untuk para pembimbing dalam membuat pengajaran materi agar lebih menarik untuk anak. Ketika anak sudah tertarik, merek pun akan senang belajar, sisi psikologis anak pun akan semakin membaik.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (19/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara Lisa Adhrianti, dosen Universitas Bengkulu, Matahari Timoer (ICT Watch), Al Akbar Rahmadillah (Sobat Cyber Indonesia) dan drg. Anwina Pradini sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.