hitcounter
Wednesday , February 12 2025

Aktivitas Positif di Ruang Digital

Budaya berkarya di dunia digital dapat menjadi kebiasaan untuk mengubah pengguna internet dari konsumen menjadi produsen. Tangan kita menggenggam karya kita, dan karya itu bagaimana dapat membuat seseorang produktif yang positif untuk masyarakat di dunia digital. Buatlah karya positif, sampaikanlah walau satu sesuatu yang dapat bermanfaat untuk orang lain.

Dunia digital dapat membawa candu bagi penggunanya. Bukan hanya itu terkadang membuat seseorang hanya sebagai pengikut. Sehingga mereka cenderung tidak menjadi produsen hanya konsumen.

“Tidak heran sebenarnya ada bahaya mengintai mental penggunanya. Ada FOMO (Fear of Missing Out) takut terlewatkan tren. Misalnya kini sedang tren pembuat konten berupa konten prank dia pun mengikuti. Alih-alih bukannya mencari sesuatu yang beda mereka hanya mengikuti yang sedang tren. Padahal apa yang diikuti belum tentu baik untuk dia,” ujar Novi Hidayati Afsari, dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung di webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (01/12/2021) siang.

Ada juga digital fatigue, kelelahan yang disebabkan penggunaan media digital. Bahkan seseorang bukan hanya fisiknya yang mengalami kelelahan namun juga mentalnya. Jika sudah merasakan ada digital fatigue segera melakukan detoks caranya mengurangi jumlah penggunaan media.

Bagi generasi muda, seharusnya mereka dapat menciptakan budaya digital sendiri. Budaya sendiri sebenarnya ialah apa yang dipikir dan kebiasaan. Kebiasaan kita terhadap digital itu sangat besar setiap generasi memiliki ciri khasnya masing-masing. Ada generasi milenial, Zilenial, Alfa yang setiap generasinya memiliki gaya komunikasi masing-masing.

Fungsi dari budaya itu sendiri ialah sebagai penentu batas-batas melalui budaya. Apa yang kita lakukan itu akan menjadi sebuah kebiasaan baik atau buk itulah diatur oleh budaya yang ada. Jadi budaya yang memberi batasannya, terlebih kita berada di daerah berbeda budaya.

“Budaya itu sebagai identitas asli, kebiasaan cara berbicara atau logat seseorang akan mencirikan asal daerah seseorang. Budaya sebagai komitmen untuk menjaga dan lebih membesarkan budaya kita sendiri. Fungsi budaya untuk stabilitas pembentuk sikap dan perilaku seseorang,” jelasnya.

Meskipun memiliki banyak budaya yang harus kita hadapi tetap budaya itu bukan menjadi penghalang untuk berinteraksi. Di dunia nyata maupun digital, perbedaan budaya itu pasti ada sehingga dibutuhkan etika untuk mengaturnya. Jika budaya sebagai batas, etika berperan untuk mengatur. Etika akan membedakan mana yang pantas dan tidak untuk menjalani kehidupan. Etika tidak boleh dilupakan saat menjadi warga digital, itulah netiket atau etika berinternet.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (01/12/2021) siang, juga menghadirkan pembicara, Ridho Wibowo (Instruktur Virtual Training Jawa Barat), Lucia Palupi (Digital Content Music), Ellyana Widayati (Guru SMPN 1 Tajurhalang), dan Carisaa Muhammartha sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

About Pasha

Check Also

USB Hub 9-in 1 TP-Link UH9120C, Solusi Praktis untuk Para Multitasker

Jakarta, Vakansi ā€“ Laptop modern memang menawarkan desain yang tipis dan ringan, namun sering kali …

Leave a Reply