Sebelum kita mengimplementasikan budaya ke ruang digital, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengenali ruang digital dan budaya itu sendiri. Tanpa disadari, ruang digital sudah ada sejak zaman media sosial Friendster, tetapi di zaman tidak ada pembekalan terkait karakteristik ruang digital atau literasi digital.
Dessy Natalia, Asst. Lecture & Industrial Placement Staff UGM menyampaikan, secara umum karakteristik dari ruang digital yakni cepat, terhubung, dan tanpa batas, serta bisa dimasuki oleh siapapun. Ruang digital ini bisa menghubungkan dan memudahkan interaksi secara tidak langsung antarpengguna.
“Dengan adanya pengenalan ruang digital ini, kita bisa berinteraksi dengan baik. Termasuk menerapkan budaya Indonesia. Jadi, pemahaman kita terhadap budaya tidak boleh hilang saat masuk ke ruang digital karena adanya budaya dari luar,” ujar Dessy dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kota Depok, Jawa Barat, Rabu (4/8/2021).
Paparnya, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika menjadi landasan nilai luhur budaya bangsa dan nilai yang harus diterapkan di ruang digital. Nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika ini termasuk cinta kasih, setara, harmoni, demokratis, dan gotong royong.
Pertama, nilai cinta kasih dengan saling menghormati agama dan hak beribadah setiap orang. Hal ini karena Indonesia memiliki 6 agama berbeda. Kedua, nilai kesetaraan dan bersikap memanusiakan manusia dapat dilakukan dengan mengapresiasi orang lain. Ketiga, Harmoni, yakni mengutamakan kepentingan Indonesia di atas kepentingan pribadi. Misalnya, perbedaan pandangan politik tanpa adanya perpecahan.
Selanjutnya, nilai sila keempat yaitu demokratis, memberikan ruang kebebasan berekspresi dan berpendapat di muka umum. Kelima, gotong royong dan tolong menolong yang bersifat kekeluargaan.
“Ketika kita kehilangan budaya tersebut seperti bangsa yang dinilai ramah tamah dan sopan santun. Kalau sampai itu hilang karena ingin viral, bisa dilihat kedepannya pada generasi selanjutnya nilai kebudayaan akan semakin luntur,” jelasnya selaku pembicara Webinar.
Dessy mengatakan, jangan sampai merusak bangsa dengan keinginan viral sementara. Kita patut menerapkan nilai budaya yang ada di ruang fisik ke ruang digital. Mengesampingkan nilai budaya untuk mempercayai hoaks bisa menimbulkan perpecahan. Jangan sampai berita yang kita serap bukanlah berita valid.
Menurut penjelasan Dessy, di ruang digital masing-masing penggunanya dapat berkontribusi untuk menciptakan sesuatu yang positif dengan cara:
- Tidak memproduksi atau menyebarluaskan informasi tidak benar
- Produksi dan menyebarkan konten postif
- Partisipasi dan kolaborasi aktif dalam aktivitas atau komunitas digital
Ketiga cara tersebut bisa dilakukan sebagai upaya pengenalan budaya daerah di ruang digital. Pesan Dessy, pengenalannya pun dengan tetap memperhatikan nilai pancasila dan bhinneka tunggal ika agar senantiasa memperkuat budaya yang ada.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kota Depok, Jawa Barat, Rabu (3/8/2021) juga menghadirkan pembicara, Maria Natasya P (Graphic Designer), Maman Suherman (Penggiat Literasi Digital) , Eko Ariesta (Founder & CEO Enterpro.id), dan Made Nandhika.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.