Penyelanggaraan event Dieng Culture Festival 2018 yang diselenggarakan pada 3-5 Agustus 2018 kemarin mampu menarik ribuan wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik untuk datang ke dataran tinggi Dieng.
Event yang memiliki rangkaian acara dari pesta musik jazz bertajuk Senandung di Atas Awan hingga acara puncak pemotongan rambut gembel mampu membuat para pengunjung yang datang menikmati rangkaian acara yang disajikan.
Karena mayoritas pengunjung yang hadir penasaran dengan fenomena embun upas yang diakibatkan suhu ekstrem Dieng beberapa hari kemarin. Suhu di Dieng bahkan tercatat sempat menyentuh -5 derajat celcius.
Riska, 30 tahun wisatawan asal Depok, Jawa barat, mengungkapkan, fenomena suhu dingin ini menjadi salah satu pembeda dari pagelaran Dieng Culture Festival yang membuat penasaran untuk datang.
âDCF tahun ini merupakan yang pertama saya datangin. Keinginan untuk datang lebih karena pensaran dengan suhu dingin yang membuat saya harus membeli jaket dan sarung tangan. Karena swetter yang saya bawa tidak dapat menahan hawa dingin. Selain itu juga rangkaian kegiatan yang menarik untuk disaksikan,â ujarnya.
Hal yang sama diungkapkan dua wisatawan Belanda, Nils dan Petra, ini pertama kali saya datang ke Indonesia, dan saya kagum dengan budaya Jawa.
Nils dan Petra sangat antusias melihat proses pemotongan rambut gembel. Mereka berada di tengah kerumunan warga lokal yang hendak menyaksikan proses pemotongan rambut anak gimbal Dieng. Nils, yang memegang kamera mirorrless lengkap dengan shotgun micophones, tampak memperhatikan prosesi adat khas bumi di negeri atas awan itu dengan saksama.
Ia merekam baik-baik tiap pergantian babak. Mulai jamasan alias siraman hingga ngalap berkah, kameranya tak lepas mengeker momen. Saat pemotongan rambut anak gimbal tiba, Nils mendekat ke belakang panggung.
Nils dan Petra tampak tak terlampau paham dengan kisah anak gimbal, walau penasaran. Meski demikian, mereka menikmati tiap penampilan. Keduanya terkesan dengan baju-baju adat dan budaya Jawa yang disebutnya unik. âSaya benar-benar bahagia. Festival ini bagus dan saya rasa harus diadakan terus setiap tahun,â kata Petra.
Nils dan Petra sengaja bertandang Dieng untuk menyaksikan Dieng Culture Festival. Kunjungannya ke sana adalah satu rangkaian perjalanan panjangnya menjelajahi Nusantara. Sebelumnya, ia telah menyambangi Batu Karas di Pangandaran. âSelanjutnya kami akan ke Karimun Jawa, Bromo, dan Bali,â ucap Nils.
Mereka tinggal selama 3 hari 2 malam di Dieng. Keduanya datang sejak hari pertama festival digelar, yakni Jumat, 3 Agustus. Selama di Dieng, Nils dan Petra sempat menjajal beragam kuliner. âSemuanya terasa lucu dan unik: makanan, minuman, kios-kios,â ujar dia.