Pesona keindahan alam Papua memang tidak ada duanya. Namun banyak orang beranggapan Papua hanya memiliki Raja Ampat. Tapi ada satu destinasi lagi yang bisa mencuri perhatian adalah Keakwa. Berada di Distrik Mimika Tengah, Kabupaten Mimika berada di bagian utara dan berhadapan langsung dengan lautan Arifuru. Lautan bebas di bagian utara ini terlihat begitu bebas tanpa ada satu pulau pun di depannya.
Perjalanan dari Kota Timika ke Keakwa membutuhkan waktu sekitar dua jam. Untuk sampai di Keakwa warga masyarakat dan para pengunjung seperti wisatawan dapat menggunakan speed boat. Perjalanan menuju Keakwa melewati lautan, muara sungai dan melewati beberapa pulau, seperti Pulau Puriri dan Pulau Bidadari.
Wisata sejarah Keakwa adalah, salah satu peninggalan perang dunia ke-II yang masih tersimpan rapi, salah satunya seperti meriam berukuran panjang. Terdapat dua meriam peninggalan tentara Jepang saat perang dunia ke-II. Meriam ini berada tak jauh dari bibir pantai, sehingga bisa dilihat secara langsung dan sangat jelas keberadaannya. Puing-puing meriam yang ada di Keakwa ini ternyata dulu merupakan basis pertahanan Jepang saat diserang Sekutu waktu perang dunia ke-II.
Kampung ini menjadi basis utama pertahanan tentara Jepang melawan Sekutu di bagian Selatan Papua. Di sini terdapat pelabuhan utama untuk mobilisasi peralatan tempur Jepang. Sehingga, tak heran sampai saat ini masih tersimpan puing-puing peninggalan Jepang di Pulau Keakwa seperti misalnya, mortir, tank, meriam, peluru dan pesawat yang masih ditemukan di kampung tersebut.
Selain itu, rumah warga di Keakwa kebanyakan masih terbuat dari kayu dan atapnya dari seng, berbentuk panggung. Di samping dan di depan serta belakang rumah terdapat pohon kelapa yang menjulang tinggi ke langit. Tak heran, angin selalu meniup siang dan malam, sehingga sangat sejuk dan nyawan jika berada di Keakwa. Keakwa dihuni oleh warga masyarakat dari Suku Kamoro yang berada di pesisir pantai.
Tak hanya itu, Keakwa memiliki pasir yang putih dan cukup panjang serta bebas dari sampah. Di sana terdapat sunset (senja) di sore hari yang tak kalah dengan Bali, serta pemandangan dan panorama indah yang memanjakan mata.
Selain memiliki peninggalan perang dunia ke-II, Pulau Keakwa menyimpan sejumlah kekayaan alam hayati yang berada dan masih tersimpan di dalam lautan pantai Keakwa yaitu, udang, kepiting dan ikan yang sangat berlimpah. Sehingga pengunjung atau wisatawan dapat menikmati sajian makanan tradisional yang berbahan dasar hasil sungai, mangrove dan laut dikombinasi dengan hasil hutan berupa sagu yang langsung diolah sendiri atau dalam bentuk yang telah disajikan.
Keunggulan wisata lainnya yang ada di Keakwa meliputi potensi budaya, adat istiadat, serta spiritual yang dijadikan sebagai obyek ekowisata yakni: budaya nelayan, Ritual Omoko Etae (Ritual Makan tanah), pangkur sagu, kerajinan anyaman, budaya kesenian (musik, tarian dan drama cerita rakyat), dan budaya spiritual.
Salah satu budaya kesenian Keakwa berupa ukiran kayu khas kamoro yang beragam motif mengangkat cerita rakyat, yang mengandung unsur alam. Tak lupa terdapat perahu masyarakat disewakan kepada pengunjung yang mau menikmati keindahan pantai dan hutan mangrove. Perahu yang disewakan tersebut telah dihiasi dengan ukiran khas adat Kamoro dari kampung Keakwa.
Untuk menghidupkan pariwisata dan perekonomian di Keakwa, maka Yayasan Somatua ikut mengambil bagian dan memberikan kontribusi dengan membangun home stay (penginapan). Potensi wisata di Keakwa sangat menjanjikan, Yayasan Somatua yang dipimpin Maximus Tipagau langsung memberikan perhatian dengan membangun 10 unit home stay yang nantinya digunakan sebagai tempat istirahat bagi para pengunjung, terutama para wisatawan yang menikmati wisata di Pulau Keakwa. Bahan baku pembuatan home stay pun diambil dari alam, seperti daun pangi, pelepah sagu.
Hal ini sebenarnya untuk menguatkan budaya Kamoro dengan membangun home stay yang memberikan ciri khas dari tradisi Kamoro. Penginapan bagi para wisatawan ini juga dibangun di pinggiran pantai, sehingga sangat strategis dan tidak menganggu perkampungan warga masyarakat di Keakwa.
Pengalaman tiap orang yang telah datang mengunjungi Keakwa telah membuktikan bahwa Keakwa merupakan salah satu objek wisata di Kabupaten Mimika yang wajib dikunjungi. Bukan hanya sebagai wisata atau hiburan semata, namun terdapat edukasi dan peran tiap-tiap orang untuk membantu pemberdayaan masyarakat lokal Keakwa dan meningkatkan ekonomi setempat melalui kepariwisataan sebagaimana tujuan mulia Yayasan Somatua dan kita bersama.
“Sebenarnya kalau bicara keuntungan tidak ada, tetapi saya selaku orang Papua mencintai alam saya dan juga masyarakat, sehingga kita semacam ekonomi kreatif untuk bagaimana memaksimalkan kita punya potensi untuk mendatangkan keuntungan bagi masyarakat di Keakwa,ā kata pria yang akrab disapa Maximus ini.