Pandemi tahun 2020 telah memaksa kita untuk beralih ke dunia digital. Pada bidang pendidikan, di masa pandemi, ruang kelas diganti menjadi Google Classroom, E-Learning Zoom Meetings, dan sebagainya. Tentu, perubahan ini memberikan tantangan dalam pembelajaran online, yakni kesenjangan terkait intensitas penggunaan alat digital dan kemampuannya antardosen serta antarmahasiswa.
Menurut survey BPS tahun 2018, dari akses, intensitas, dan keahlian. Sub indeks keahlian menjadi yang paling rendah skornya. Oleh karena itu, digital skills menjadi pilar pertama.
American Library Association (ALA) mendefinisikan literasi digital sebagai kemampuan kognitif dan keterampilan untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, untuk menemukan, mengevaluasi, membuat, dan membagikan informasi.
“Dalam literasi digital, ada kemampuan berpikir, kesadaran tentang standar perilaku di dunia maya dan isu sosial lainnya,” ujar Rut Rismanta Silalahi, Dosen Komunikasi UPNVJ Relawan REDAXI & Japelidi, dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (2/8/2021).
Rut menerangkan, jika melihat kembali survey Microsoft yang menyatakan bahwa netizen Indonesia tidak sopan se-Asia Tenggara. Menurut Rut, ini menandakan bahwa kita lemah dalam kesadaran tentang standar perilaku di dunia maya.
“Dalam Tular nalar, sebuah gerakan yang dibuat oleh MAFINDO, Love Franky, dan Ma’arif Institute, orang yang paham literasi digital adalah orang yang mampu mengakses, mengelola, mendesain, memproses, berbagi, membangun ketangguhan diri, bisa melindungi data, dan kolaborasi,”
Sementara itu, Rut menerangkan, Kemkominfo dan Siberkreasi terkait empat pilar literasi digital, yakni Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills). Ia menerangkan, dalam pilar digital skills, pengguna mengetahui internet dan landscape digitalnya, serta memiliki kemampuan dasar untuk mencari informasi dan memilahnya, dan pengetahuan dasar mengenai aplikasi percakapan, sosial media, serta dompet digital.
Rut menyampaikan, hal yang diperlukan agar seseorang bisa cakap digital, di antaranya digital tools knowledge, critical thinking, dan social engagement. Pertama, digital tools knowledge yakni kemampuan menggunakan perangkat digital untuk membuat konten original yang menarik. Hal ini juga termasuk kemampuan seseorang dalam menentukan media mana yang akan digunakan untuk menyebarkan konten sesuai dengan targetnya.
Kedua, critical thinking, yaitu kemampuan untuk mencari berita dan memverifikasi berita. Menurut Rut, critical thinking bukanlah sesuatu yang hanya dilakukan, tapi masuk ke dalam sebuah atittude. Misalnya, dalam masa pandemi ini banyak sekali infodemi atau information epidemi, yaitu kondisi di mana informasi mengenai suatu isu itu berlebihan, ada yang akurat ada yang tidak. Oleh karena itu, penting untuk mengenali berita palsu dengan memanfaatkan kemampuan berpikir kritis. Ia mengatakan, terkadang kita menggebu-gebu dalam menyebarkan informasi yang belum tentu kebenarannya hanya karena cocok dengan pikiran kita.
Ketiga, social engagement yang termasuk dengan kegiatan berkolaborasi dalam membuat campaign di dunia maya, berbisnis online di media sosial, dan sebagainya. Misalnya, di masa pandemi ini bank beralih kegiatannya menjadi online dalam melayani customer via internet banking atau adanya fitur membuat rekening online.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (2/8/2021) juga menghadirkan pembicara, Nikita Dompas (Producer & Music Director), Aditya Nova Putra (Ketua Jurusan Hotel Pariwisata/International University Liasson Indonesia), Asep H. Nugroho (Dosen Fakultas Teknik UNIS), dan Janna S. Joesoef.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.