hitcounter
Monday , December 23 2024

3 Efek Omicron Pada Pria

Menurut sebuah jurnal yang diterbitkan Fertility and Sterility mengungkapkan jika virus corona bisa memengaruhi kualitas sperma sehingga akan berdampak pada kesuburan. Hal ini lantaran virus SARS-CoV-2 ini bisa meningkatkan perkembangan sel sperma yang dapat menyebabkan peradangan dan stres oksidatif.

Sebelumnya, ilmuwan asal Israel juga melakukan sebuah studi yang menunjukkan jika COVID-19 bisa menyebabkan kemandulan pada pria. Hal ini lantaran, virus tersebut dapat merusak sel testis, tempat produksinya sperma.

Studi lain yang diterbitkan oleh jurnal Fertility and Sterility, menunjukkan responden pria mengalami penurunan jumlah sperma hingga 50 persen per milimeter, turunnya jumlah volume ejakulasi, hingga berkurangnya pergerakan sperma.

Menurut keterangan tertulis yang diterima vakansi dari Bocah Indonesia, dampak virus COVID-19 memang tidak bisa dianggap sepele. Pasalnya, efek Omicron memberikan dampak yang signifikan bagi sistem reproduksi pria. Varian terbaru COVID-19 yang berasal dari Afrika Selatan, Omicron, ini dikenal dengan penularannya yang lebih cepat dibandingkan varian sebelumnya, Delta.

Terlebih gejala varian ini lebih ringan daripada sebelumnya, yakni berupa flu biasa. Bahkan pada beberapa kasus, pasien positif tidak mengalami gejala-gejala yang dicurigai sebagai penyebaran virus corona.

Meskipun pada umumnya, COVID-19 bisa memberikan dampak bagi sistem reproduksi pria, namun mengingat varian Omicron memiliki penularan yang lebih cepat daripada varian lainnya, sehingga diharapkan Anda harus lebih berhati-hati dan meningkatkan protokol kesehatan.

Berikut dampak COVID-19 pada sistem reproduksi pria.

  1. Disfungsi ereksi

Salah satu efek Omicron, varian terbaru COVID-19 ini bisa menyebabkan disfungsi ereksi. Perlu dicatat, hal ini tidak hanya disebabkan oleh varian Omicron, varian sebelumnya pun juga bisa membuat pria mengalami disfungsi ereksi.

Sebuah jurnal yang diterbitkan Journal of Endocrinological Investigation pada tahun 2020, mengungkapkan jika virus SARS-CoV-2 bisa memicu peradangan pada pembuluh darah. Dalam jurnal tersebut mengatakan, ketika pembuluh darah dan sistem kardiovaskular rusak maka hal tersebut dapat memicu disfungsi ereksi.

Sebuah hasil studi lain yang diterbitkan Cambridge University Press Public Health Emergency Collection melaporkan, dua orang pria yang terjangkit virus tersebut mengalami ketidakmampuan untuk mencapai orgasme setelah dinyatakan negatif dari COVID.

Selain itu, ahli urologi Miami dalam jurnalnya yang diterbitkan World Journal of Men’s Health, mengungkapkan terdapat dua pria yang menderita disfungsi ereksi setelah ditemukannya virus corona yang dapat masuk ke organ intim, yakni penis. Para ahli menyatakan jika sebelum terjangkit COVID-19, para pria ini memiliki fungsi ereksi yang normal.

  1. Ukuran penis mengecil

Salah satu dampak dari COVID-19 adalah memengaruhi ukuran penis menjadi kecil. Hal ini ditemukan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Lancet E Clinical Medicine. Dalam penelitian yang dilakukan terhadap 3.400 orang yang dilakukan oleh University College London, menemukan bahwa dari 200 orang melaporkan mengalami gejala long-covid, salah satunya yang paling langka adalah mengaku ukuran penis mengecil.

Hampir 5 persen pria mengalami penurunan ukuran penis. Menurut para ahli, hal ini kemungkinan efek domino dari kerusakan pembuluh darah akibat virus corona.

  1. Priapismus

Salah satu dampak dari komplikasi COVID-19 adalah priapismus. Priapismus adalah kondisi di mana pria mengalami ereksi berkepanjangan.

Dalam sebuah jurnal yang diterbitkan The American Journal of Emergency Medicine, terdapat sebuah kasus di mana pria berusia 69 tahun di Ohio, Amerika Serikat dirawat di Unit Gawat Darurat akibat mengalami demam, batuk kering, hingga diare.

Dua hari kemudian, pria ini mengalami dispnea akut yang menyebabkan kondisi pernapasannya terus menurun. Pria ini pun dilarikan ke perawatan unit intensif (ICU) dan memerlukan ventilator. Saat perawat sedang mengalami pemeriksaan berkala, disadari pria ini mengalami ereksi.

Setelah diberikan es untuk kompres pada penis, ereksi tak juga berhenti hingga 4 jam. Ereksi mereda 30 menit setelah pangkal penis disuntikkan obat oleh tim medis.

Tim medis melakukan diagnosis jika pria tersebut mengalami priapismus iskemik. Kondisi ini di mana seorang pria mengalami ereksi akibat adanya penyumbatan pada pembuluh darah.

Dalam jurnal tersebut juga mengungkapkan jika priapismus pada pasien komplikasi COVID-19 tersebut akan perlu dilakukan observasi lebih dalam kasus ini.

Pasalnya, jika priapismus terjadi karena komplikasi virus corona ha ini harus segera mendapat penanganan yang tepat agar tidak menyebabkan kondisi yang lebih serius.

About Pasha

Check Also

ASICS Well-Being Report 2024 Hidupkan “Sound Mind, Sound Body” di Indonesia Melalui Karyawan

Jakarta, Vakansi – ASICS Corporation baru saja merilis “ASICS Well-being Report 2024”, yang memperkenalkan inisiatif …

Leave a Reply